Selasa, 29 November 2011

,

[Fan Fiction] "PAPER BIRDS" Part 1

Back with me :)
Kali in mau nge-post FF iseng-isengku nih^^
Hahaha~ yang nyempetin baca Makasih ajah :)
Let's check this out -->

Cast :
Park Hyun Ra
Jeon Jihwan
Park Hyunchul
Jin Hyunjin
dsb^^




                5 tahun lalu…

                Hyun Ra menatap hampa sesuatu yang kini melekat di kaki kirinya itu, sebuah balutan berwarna putih pucat membungkus kakinya hingga bawah lutut.
                “Urghhh……” Erang Hyun Ra tak suka.
                Dia benci hari hari itu, hari dimana kecelakaan itu berawal. Hari dimana semua yang sudah direncanakan harus hancur berkeping – keping.
                Dia ingat sekali kejadian itu…
               Saat itu, tim basket sekolah yang dipimpinnya sedang melangsungkan pertandingan final basket nasional antar SMA. Pertandingan itu sudah hampir berakhir dan kemenangan yang begitu diidamkan seolah sudah berada di depan mata, namun tiba – tiba semuanya menjadi hancur kala salah seorang pemain dari tim lawan dengan sengaja menjegal kaki Hyun Ra dengan amat sangat keras.
                Hyun Ra terjatuh dan mengerang kesakitan sambil memegangi kaki kirinya yang mengeluarkan darah, keringat dingin meluncur keluar dari wajahnya. Rasanya benar – benar sakit. Hyun Ra pun terpaksa meninggalkan lapangan dengan ditandu. Dapat Hyun Ra lihat ekpresi wajah teman – temannya kala itu. Ekspresi kekhawatiran dan takut terlihat disana. Hyun Ra tidak bisa melakukan apa – apa. Kakinyapun bahkan sudah tak mampu menopang tubuhnya untuk berdiri.
                Saat pandangan matanya mulai kabur, dapat Hyun Ra dengar suara peluit tanda pertandingan berakhir, dapat Hyun Ra dengar suara sorak sorai kemenangan dari tim lawan menggema ke seluruh lapangan, dapat Hyun Ra dengar juga suara isakan teman – temannya. Tim basketnya kalah…. Dan Hyun Ra merasa sangat gagal mewujudkan impian teman – temannya untuk menjadi pemenang dalam pertandingan itu.
Dan ketika Hyun Ra tersadar, dia sudah berada di dalam ruangan dengan dinding berwarna serba putih pucat ini. Hyun Ra berada di rumah sakit. Dia diberitahukan oleh dokter jika dia tak sadarkan diri selama sehari penuh. Dan juga parahnya, Hyun Ra harus merelakan masa liburan musim panasnya dihabiskan di rumah sakit selama sebulan untuk terapi pemulihan kakinya.
“Hyun Ra-ah, bagaimana keadaanmu sekarang?” Tanya seorang namja yang sedang duduk disamping tempat tidurnya dengan mulut penuh dengan apel.
“Keadaanku? BURUK SEKALI.” Kata Hyun Ra dengan  emosi tertahan. Dia kemudian memalingkan wajahnya ke arah jendela yang terletak tepat berada disamping kanannya tempat tidurnya. Pemandangan di luar jendela lebih membuatnya sedikit lebih tenang dengan semilir angin yang memasuki kamar inapnya.
“YA, Ayo bersemangatlah !! Kemana semua semangat yang begitu meledak – ledak di dalam dirimu? Kenapa kau jadi melempem begini hanya gara – gara kecelakaan kecil itu? Sebulan kemudian, jika kau rutin dengan terapimu, kau bisa berjalan lagi dan kau juga bisa berlari lagi sambil mendribble bola kemudian memasukkannya ke dalam ring sebanyak yang kau mau.” Namja itu mengusap lembut kepala Hyun Ra dengan tujuan untuk mendorongnya supaya lebih kuat, tapi sepertinya hal itu tidak cukup berhasil.
“Oppaa… kemana Appa dan Eomma?” Tanya Hyun Ra dengan masih memalingkan wajahnya.
“Heum? Mereka sedang berbicara dengan dokter di depan kamar. Sebentar lagi mereka juga akan kemari. Eh, itu dia datang.” Sahut Namja yang Hyun Ra panggil sebagai “Oppa” itu begitu melihat dua orang paruh baya memasuki kamar inap.
“Hyun Chul-ya, Appa dan Eomma mau berbicara denganmu.” Kata Umma dengan wajah kusut. Dia terlihat begitu lelah. Eomma mengisyaratkan Hyun Chul Oppa untuk berbicara di luar kamar bersama mereka berdua.
“Ne Eomma.” Namja bernama Hyun Chul itu yang tak lain dan tak bukan adalah ‘Oppa’ dari Hyun Ra langsung bangkit dari tempat duduknya dan menghentikan memakan apelnya. Dia segera menuju ke luar kamar mengikuti Eomma dan Appa yang sudah berada di luar.
Hyun Ra hanya menatap datar punggung Oppanya yang sudah berganti dengan daun pintu yang tertutup. Kemudian dia mengalihkan lagi pandangannya kearah jendela. Sayup – sayup dapat Hyun Ra dengar suara Hyun Chul Oppa dan juga Appa sedang berbicara. Entah apa yang tengah dibicarakan. Karena diliputi oleh rasa penasaran, Hyun Ra bangkit dari tempat tidurnya, kemudian mengambil skruk yang terletak tepat di tepi tempat tidurnya. Kemudian secara tertatih Hyun Ra berjalan mendekati daun pintu dan mulai menajamkan pendengaannya….
“Appa, itu tidak mungkin khan? Aku mohon jangan bercanda… Hyun Ra pasti akan sangat terpukul jika dia tau kenyataan ini…”Suara Hyun Chul Oppa terdengar begitu parau dan berat.
“Hyun Chul-ya, apa kamu pikir saat ini Appa sedang bercanda? Appa serius mengatakan ini. Hyun Ra harus berhenti secara total bermain basket. Jika dia tetap memaksakan kehendaknya, maka Hyun Ra tidak akan bisa berjalan lagi atau lumpuh total. Tulang kaki Hyun Ra retak dan untuk bisa bermain basket seperti dulu lagi itu sudah tidak mungkin lagi. Namun untungnya dia masih bisa berjalan lagi setelah dia mengikuti terapi kurang lebih sebulan disini, tapi dia tidak bisa bermain basket lagi. Itu konsekuensinya.” Jelas Appa dengan muka serius. Tampangnya yang letih begitu terlihat dari kerutan – kerutan yang menghiasi wajahnya itu.
“DEG”.
Jantung Hyun Ra mendadak berdetak dengan cepat, dia berusaha untuk menganggap bahwa perkataan Appanya itu tidak mungkin benar. Namun dia mendengarnya dengan jelas.
‘Harus berhenti dari basket? Tidak mungkiiiinn…..’
Hyun Ra tertawa kikuk begitu mendengarnya. Itu hanya bercanda. Tidak mungkin. Ditajamkan lagi pendengaran Hyun Ra begitu mendengar suara Eommanya.
“Eomma mohon padamu Hyun Chul-ya, untuk saat ini kau jangan beritahukan berita ini pada Hyun Ra. Eomma tak mau terjadi sesuatu terhadapnya. Eomma ingin dia cepat pulih dan masalah dia tidak bisa bermain basket lagi, mungkin ada saatnya kita bertiga harus berbicara pada Hyun Ra..”
“Tapi Eomma…” Suara Hyun Chul terasa tercekat.
“Itu tidak perlu Eomma, aku sudah mendengar semuanya…… aku.. sudah mendengarnya.” Sahut Hyun Ra yang tiba – tiba muncul dari balik pintu. Wajahnya menunduk, tangannya yang sedang memegang skruk bergetar sangat hebat. Entah kenapa tanpa dia sadari cairan bening itu sudah menetes dan membasahi pipinya.
“Hyun… Hyun Ra….” Hyun Chul menatap Hyun Ra dengan wajah setengah tidak percaya. Dia tidak percaya jika Hyun Ra mendengar pembicaraan mereka bertiga.
“Hyun Ra-ya….” Appa mendekati Hyun Ra, bermaksud untuk merengkuh putrinya yang raput itu, namun Hyun Ra malah menolaknya.
“JANGAN MENDEKAT.” Teriak Hyun Ra pada mereka bertiga.
Namun teriakan Hyun Ra tidak diindahkan oleh Hyun Chul, dia ingin menenangkan hati dongsaengnya itu..
“AKU BILANG JANGAN ADA YANG MENDEKAT!!!” Hyun Ra berteriak dan menatap mereka bertiga satu persatu. Wajah Hyun Ra yang memerah dan sudah dibasahi oleh air mata itu terlihat begitu kalut. Hyun Ra melangkah mundur dengan skruk yang dipegangnya. Dengan tertatih dia memasuki kamar inapnya kembali, menutup pintu dengan keras dan kemudian menguncinya dari dalam. Dia tak perduli dengan panggilan Appa, Eomma, dan juga Oppanya yang menyuruhnya membuka pintu. Dia tak perduli…
Entah kenapa seluruh tubuh Hyun Ra tiba – tiba lemas seketika, dia terjatuh dari pegangan skruknya. Di dalam kamar yang gelap nan sunyi itu Hyun Ra menangis dalam diamnya. Rasanya sakit sekali saat kenyataan itu harus dia ketahui. Sangat sakit. dada Hyun Ra terasa begitu sesak. Dia menyesali semuanya.. semua yang sudah terjadi dan membuatnya seperti ini.. dia membenci hidupnya saat ini….. dia sangat membencinya….

@@@@@

“Hyun Ra-ah, jeball… buka mulutmu!!” Kata Hyun Chul sembari menyendokkan bubur yang dipegangnya itu ke mulut Hyun Ra. Namun Hyun Ra memalingkan wajahnya dan bahkan tak membuka mulutnya sedikitpun.
Sudah hampir seharian ini Hyun Ra sama sekali tidak membuka mulutnya, dia stop makan gara – gara kejadian kemarin lusa. Kejadian yang menyakitkan dan bahkan sampai sekarang Hyun Ra masih belum menerima semua kenyataan yang sudah terjadi. Hah.. tidak bisa bermain basket lagi? Konyol sekali bagi Hyun Ra. Sehari saja dia tak bermain basket dia merasa hidupnya ada yang kurang. Baginya Basket adalah setengah dari bagian hidupnya. Maklum saja, dari kecil Hyun Ra sudah mengenal dan mencintai basket. Bahkan dia bercita – cita menjadi pebasket wanita professional. Namun semua mimpinya itu harus hancur gara – gara kakinya ini.
Hyun Ra terus saja mengumpat dan menyesali keadaannya, dia masih terlihat sangat labil saat ini. Bahkan teman – teman seperjuangannya pun tidak bisa membuat Hyun Ra tersenyum walau hanya sedikit. Tidak ada yang bisa membuat Hyun Ra bersemangat. Oppanya saja sampai menggelegkan kepala mengenai hal ini.
“Heuh.. kau tidak tau? Betapa khawatirnya Eomma dan juga Appa terhadap kondisimu? Ayolah Hyun Ra-ah, kau harus makan walaupun hanya 1 suap. Jangan biarkan semua penyesalan itu membuatmu lemah seperti ini. Jangan biarkan kau terus – terusan berada di Jurang dan tak pernah mau untuk keluar dari jurang itu. ” Hyun Chul terlihat begitu frustasi menghadapi adik satu – satunya itu. Dia sudah tidak tau lagi bagaimana caranya.
Sementara Hyun Ra, dia hanya bungkam dengan wajah pucat dan ekspresi muka yang datar. Dia tak berhenti memandang hampa pemandangan yang terlihat dari jendela kamarnya.
“Baiklah kalau kau tidak mau makan, kalau terjadi sesuatu terhadapmu Oppa tidak mau tau. Oppa mau ke kampus dulu, nanti Eomma akan kemari menjengukmu.” Hyun Chul bangkit dari tempat duduknya, mengambil tas ranselnya. “Take Care.” Setelah berkata itu dia kemudian meninggalkan Hyun Ra seorang diri di dalam kamar.
Hyun Ra menatap punggung Oppanya yang sudah menghilang dari balik pintu dengan wajah datar. Dia kemudian berbalik lagi, menatap jendela kamarnya itu. Entah kenapa pikiran – pikiran buruk mulai bermunculan di dalam benaknya

--To be continued--


0 comments:

Posting Komentar