Kali in mau nge-post FF iseng-isengku nih^^
Hahaha~ yang nyempetin baca Makasih ajah :)
Let's check this out -->
Cast :
Park Hyun Ra
Jeon Jihwan
Park Hyunchul
Jin Hyunjin
dsb^^
5
tahun lalu…
Hyun
Ra menatap hampa sesuatu yang kini melekat di kaki kirinya itu, sebuah balutan
berwarna putih pucat membungkus kakinya hingga bawah lutut.
“Urghhh……”
Erang Hyun Ra tak suka.
Dia
benci hari hari itu, hari dimana kecelakaan itu berawal. Hari dimana semua yang
sudah direncanakan harus hancur berkeping – keping.
Dia
ingat sekali kejadian itu…
Saat
itu, tim basket sekolah yang dipimpinnya sedang melangsungkan pertandingan
final basket nasional antar SMA. Pertandingan itu sudah hampir berakhir dan
kemenangan yang begitu diidamkan seolah sudah berada di depan mata, namun tiba
– tiba semuanya menjadi hancur kala salah seorang pemain dari tim lawan dengan
sengaja menjegal kaki Hyun Ra dengan amat sangat keras.
Hyun
Ra terjatuh dan mengerang kesakitan sambil memegangi kaki kirinya yang
mengeluarkan darah, keringat dingin meluncur keluar dari wajahnya. Rasanya
benar – benar sakit. Hyun Ra pun terpaksa meninggalkan lapangan dengan ditandu.
Dapat Hyun Ra lihat ekpresi wajah teman – temannya kala itu. Ekspresi
kekhawatiran dan takut terlihat disana. Hyun Ra tidak bisa melakukan apa – apa.
Kakinyapun bahkan sudah tak mampu menopang tubuhnya untuk berdiri.
Saat
pandangan matanya mulai kabur, dapat Hyun Ra dengar suara peluit tanda
pertandingan berakhir, dapat Hyun Ra dengar suara sorak sorai kemenangan dari
tim lawan menggema ke seluruh lapangan, dapat Hyun Ra dengar juga suara isakan
teman – temannya. Tim basketnya kalah…. Dan Hyun Ra merasa sangat gagal
mewujudkan impian teman – temannya untuk menjadi pemenang dalam pertandingan
itu.
Dan ketika Hyun
Ra tersadar, dia sudah berada di dalam ruangan dengan dinding berwarna serba
putih pucat ini. Hyun Ra berada di rumah sakit. Dia diberitahukan oleh dokter
jika dia tak sadarkan diri selama sehari penuh. Dan juga parahnya, Hyun Ra
harus merelakan masa liburan musim panasnya dihabiskan di rumah sakit selama
sebulan untuk terapi pemulihan kakinya.
“Hyun Ra-ah,
bagaimana keadaanmu sekarang?” Tanya seorang namja yang sedang duduk disamping
tempat tidurnya dengan mulut penuh dengan apel.
“Keadaanku?
BURUK SEKALI.” Kata Hyun Ra dengan emosi
tertahan. Dia kemudian memalingkan wajahnya ke arah jendela yang terletak tepat
berada disamping kanannya tempat tidurnya. Pemandangan di luar jendela lebih
membuatnya sedikit lebih tenang dengan semilir angin yang memasuki kamar
inapnya.
“YA, Ayo
bersemangatlah !! Kemana semua semangat yang begitu meledak – ledak di dalam
dirimu? Kenapa kau jadi melempem begini hanya gara – gara kecelakaan kecil itu?
Sebulan kemudian, jika kau rutin dengan terapimu, kau bisa berjalan lagi dan
kau juga bisa berlari lagi sambil mendribble bola kemudian memasukkannya ke
dalam ring sebanyak yang kau mau.” Namja itu mengusap lembut kepala Hyun Ra
dengan tujuan untuk mendorongnya supaya lebih kuat, tapi sepertinya hal itu
tidak cukup berhasil.
“Oppaa… kemana
Appa dan Eomma?” Tanya Hyun Ra dengan masih memalingkan wajahnya.
“Heum? Mereka
sedang berbicara dengan dokter di depan kamar. Sebentar lagi mereka juga akan
kemari. Eh, itu dia datang.” Sahut Namja yang Hyun Ra panggil sebagai “Oppa”
itu begitu melihat dua orang paruh baya memasuki kamar inap.
“Hyun Chul-ya, Appa
dan Eomma mau berbicara denganmu.” Kata Umma dengan wajah kusut. Dia terlihat
begitu lelah. Eomma mengisyaratkan Hyun Chul Oppa untuk berbicara di luar kamar
bersama mereka berdua.
“Ne Eomma.”
Namja bernama Hyun Chul itu yang tak lain dan tak bukan adalah ‘Oppa’ dari Hyun
Ra langsung bangkit dari tempat duduknya dan menghentikan memakan apelnya. Dia
segera menuju ke luar kamar mengikuti Eomma dan Appa yang sudah berada di luar.
Hyun Ra hanya
menatap datar punggung Oppanya yang sudah berganti dengan daun pintu yang
tertutup. Kemudian dia mengalihkan lagi pandangannya kearah jendela. Sayup –
sayup dapat Hyun Ra dengar suara Hyun Chul Oppa dan juga Appa sedang berbicara.
Entah apa yang tengah dibicarakan. Karena diliputi oleh rasa penasaran, Hyun Ra
bangkit dari tempat tidurnya, kemudian mengambil skruk yang terletak tepat di
tepi tempat tidurnya. Kemudian secara tertatih Hyun Ra berjalan mendekati daun
pintu dan mulai menajamkan pendengaannya….
“Appa, itu tidak
mungkin khan? Aku mohon jangan bercanda… Hyun Ra pasti akan sangat terpukul
jika dia tau kenyataan ini…”Suara Hyun Chul Oppa terdengar begitu parau dan
berat.
“Hyun Chul-ya,
apa kamu pikir saat ini Appa sedang bercanda? Appa serius mengatakan ini. Hyun
Ra harus berhenti secara total bermain basket. Jika dia tetap memaksakan
kehendaknya, maka Hyun Ra tidak akan bisa berjalan lagi atau lumpuh total.
Tulang kaki Hyun Ra retak dan untuk bisa bermain basket seperti dulu lagi itu
sudah tidak mungkin lagi. Namun untungnya dia masih bisa berjalan lagi setelah
dia mengikuti terapi kurang lebih sebulan disini, tapi dia tidak bisa bermain
basket lagi. Itu konsekuensinya.” Jelas Appa dengan muka serius. Tampangnya
yang letih begitu terlihat dari kerutan – kerutan yang menghiasi wajahnya itu.
“DEG”.
Jantung Hyun Ra
mendadak berdetak dengan cepat, dia berusaha untuk menganggap bahwa perkataan
Appanya itu tidak mungkin benar. Namun dia mendengarnya dengan jelas.
‘Harus berhenti
dari basket? Tidak mungkiiiinn…..’
Hyun Ra tertawa
kikuk begitu mendengarnya. Itu hanya bercanda. Tidak mungkin. Ditajamkan lagi
pendengaran Hyun Ra begitu mendengar suara Eommanya.
“Eomma mohon
padamu Hyun Chul-ya, untuk saat ini kau jangan beritahukan berita ini pada Hyun
Ra. Eomma tak mau terjadi sesuatu terhadapnya. Eomma ingin dia cepat pulih dan
masalah dia tidak bisa bermain basket lagi, mungkin ada saatnya kita bertiga
harus berbicara pada Hyun Ra..”
“Tapi Eomma…” Suara
Hyun Chul terasa tercekat.
“Itu tidak perlu
Eomma, aku sudah mendengar semuanya…… aku.. sudah mendengarnya.” Sahut Hyun Ra
yang tiba – tiba muncul dari balik pintu. Wajahnya menunduk, tangannya yang
sedang memegang skruk bergetar sangat hebat. Entah kenapa tanpa dia sadari
cairan bening itu sudah menetes dan membasahi pipinya.
“Hyun… Hyun
Ra….” Hyun Chul menatap Hyun Ra dengan wajah setengah tidak percaya. Dia tidak
percaya jika Hyun Ra mendengar pembicaraan mereka bertiga.
“Hyun Ra-ya….”
Appa mendekati Hyun Ra, bermaksud untuk merengkuh putrinya yang raput itu,
namun Hyun Ra malah menolaknya.
“JANGAN
MENDEKAT.” Teriak Hyun Ra pada mereka bertiga.
Namun teriakan
Hyun Ra tidak diindahkan oleh Hyun Chul, dia ingin menenangkan hati
dongsaengnya itu..
“AKU BILANG
JANGAN ADA YANG MENDEKAT!!!” Hyun Ra berteriak dan menatap mereka bertiga satu
persatu. Wajah Hyun Ra yang memerah dan sudah dibasahi oleh air mata itu
terlihat begitu kalut. Hyun Ra melangkah mundur dengan skruk yang dipegangnya.
Dengan tertatih dia memasuki kamar inapnya kembali, menutup pintu dengan keras
dan kemudian menguncinya dari dalam. Dia tak perduli dengan panggilan Appa,
Eomma, dan juga Oppanya yang menyuruhnya membuka pintu. Dia tak perduli…
Entah kenapa seluruh
tubuh Hyun Ra tiba – tiba lemas seketika, dia terjatuh dari pegangan skruknya.
Di dalam kamar yang gelap nan sunyi itu Hyun Ra menangis dalam diamnya. Rasanya
sakit sekali saat kenyataan itu harus dia ketahui. Sangat sakit. dada Hyun Ra
terasa begitu sesak. Dia menyesali semuanya.. semua yang sudah terjadi dan
membuatnya seperti ini.. dia membenci hidupnya saat ini….. dia sangat
membencinya….
“Hyun Ra-ah,
jeball… buka mulutmu!!” Kata Hyun Chul sembari menyendokkan bubur yang
dipegangnya itu ke mulut Hyun Ra. Namun Hyun Ra memalingkan wajahnya dan bahkan
tak membuka mulutnya sedikitpun.
Sudah hampir seharian
ini Hyun Ra sama sekali tidak membuka mulutnya, dia stop makan gara – gara
kejadian kemarin lusa. Kejadian yang menyakitkan dan bahkan sampai sekarang
Hyun Ra masih belum menerima semua kenyataan yang sudah terjadi. Hah.. tidak
bisa bermain basket lagi? Konyol sekali bagi Hyun Ra. Sehari saja dia tak
bermain basket dia merasa hidupnya ada yang kurang. Baginya Basket adalah
setengah dari bagian hidupnya. Maklum saja, dari kecil Hyun Ra sudah mengenal
dan mencintai basket. Bahkan dia bercita – cita menjadi pebasket wanita
professional. Namun semua mimpinya itu harus hancur gara – gara kakinya ini.
Hyun Ra terus
saja mengumpat dan menyesali keadaannya, dia masih terlihat sangat labil saat
ini. Bahkan teman – teman seperjuangannya pun tidak bisa membuat Hyun Ra
tersenyum walau hanya sedikit. Tidak ada yang bisa membuat Hyun Ra bersemangat.
Oppanya saja sampai menggelegkan kepala mengenai hal ini.
“Heuh.. kau
tidak tau? Betapa khawatirnya Eomma dan juga Appa terhadap kondisimu? Ayolah
Hyun Ra-ah, kau harus makan walaupun hanya 1 suap. Jangan biarkan semua
penyesalan itu membuatmu lemah seperti ini. Jangan biarkan kau terus – terusan
berada di Jurang dan tak pernah mau untuk keluar dari jurang itu. ” Hyun Chul
terlihat begitu frustasi menghadapi adik satu – satunya itu. Dia sudah tidak
tau lagi bagaimana caranya.
Sementara Hyun
Ra, dia hanya bungkam dengan wajah pucat dan ekspresi muka yang datar. Dia tak
berhenti memandang hampa pemandangan yang terlihat dari jendela kamarnya.
“Baiklah kalau
kau tidak mau makan, kalau terjadi sesuatu terhadapmu Oppa tidak mau tau. Oppa
mau ke kampus dulu, nanti Eomma akan kemari menjengukmu.” Hyun Chul bangkit
dari tempat duduknya, mengambil tas ranselnya. “Take Care.” Setelah berkata itu
dia kemudian meninggalkan Hyun Ra seorang diri di dalam kamar.
Hyun Ra menatap
punggung Oppanya yang sudah menghilang dari balik pintu dengan wajah datar. Dia
kemudian berbalik lagi, menatap jendela kamarnya itu. Entah kenapa pikiran –
pikiran buruk mulai bermunculan di dalam benaknya
--To be continued--
0 comments:
Posting Komentar