Kamis, 15 Maret 2012

,

[FanFiction] Love Power

Malem kawan - kawan :D *lambai - lambai
Mianhae kalo lama gag ngisi blog. Sibuk men.. Sibuk -.-
Malem ini aku gag mau ngasih news ato pict spam tentang uri beloved DGNA.
Aku mau ngasih tentang Fanfictionku :) Tadi siang udah selesai.
Btw, ini bukan lanjutan dari FF Paper Birdku lho yah ._. FF itu masih dalam tahap pemikiran episode -.-
Yak, untuk membunuh waktu mari kita baca bersama - sama :)
Maaf jelek, masih pemula -.-

--------------------------------------------------------------------------


LOVE POWER

                “Ladies First” Ucapkan dengan memasangkan senyum manis sambil membuka pintu kelas untuknya.
               Dia yang melihatku membukakan pintu untuknya hanya diam dan memasuki ruang kelas dengan kepala menunduk. Mungkin untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah.
                “Eciyeee~ Suit Suit”
                Suara gaduhbersahut – sahutan  dan siulan teman – teman sekelasku membahana begitu kami berdua memasuki kelas. Aku hanya menyengir garing sambil sesekali menggaruk – garukkan kepalaku. Sedangkan dia? Hanya menunduk dan langsung pergi menjauh menuju bangkunya yang terletak dibelakang nomer 2.
                “Injunnie~ aku tak menyangka kau hebat juga.” Ucap Karam, temanku sambil melirik jahil kearahnya yang sudah dikerumuni para yeoja.
                “Kau bisa menaklukkan hati Miss. Perfect.” Sahut Hyunmin temanku yang lain.
                “Ckckck, aku benar – benar tidak menyangkanya.” Jay, temanku juga ikut menimpali.
                “Ahh, tidak juga. Aku memang menyukainya. Makanya aku berusaha keras untuk mendapatkan hatinya.” Ucapku dalam sambil menatapnya penuh makna. Dia balik menatapkku, namun saat mata kami bertemu dia malah mendadak menundukkan kepalanya. Aku cekikan dalam hati begitu melihat tingkahnya.
                Yah, kemarin dengan ketekatan kuat aku menyatakan perasaanku padanya seusai sekolah. Dia yang mendengar pernyataanku terlihat begitu shock. Mungkin dia tak menyangka, namja berperawakan amburadul dan ceroboh serta bodoh ini menyukai seorang Miss. Perfect. Itu adalah julukan untuknya. Bagaimana tidak, dialah pemegang peringkat pertama paralel di sekolah dan seorang ketua osis di sekolah. Dia sangat pandai juga ramah kepada semua orang. Kecantikannya terpancar dari semua kebaikannya. Dan dimataku dia memang sempurna. Tanpa kusangka ternyata dia menerimaku. Ini seperti seorang nelayan mendapatkan harta karun di lautan. Aku sungguh beruntung. >.<
                “Mungkin, kau bisa mentraktir kami semua nanti.” Mika menepuk pundakku sembari tersenyum penuh makna. Sedangkan yang lain malah bersorak begitu mendengar kata ‘traktir’.
                Aku melongo begitu mendengarnya. Sementara yang lainnya bahkan tak perduli dengan ekspresi mukaku yang sudah benar – benar memelas. Aku lalu menatapnya sesaat, seolah meminta bantuan. Tapi dia hanya tersenyum dan mengedikkan bahunya. Sepertinya hari ini uang jajanku selama sebulan akan segera habis.

888888

                “Kau tak menghabiskan sayuranmu?” Dia bertanya padaku sambil melihat bekal makananku yang masih tersisa dengan sayuran di dalamnya.
                Hari ini kami makan siang berdua di atas atap sekolah. Dia ternyata membuatkanku bekal makan siang. Dan aku sungguh sangat senang. Masakannya sungguh sangat enak. Tak heran jika aku menghabiskannya dalam sekejap. Namun ternyata aku masih saja menyisakan  sayuran yang dia buatkan untukku.
                “Hyu Rin-ah~” Ucapku dengan nada berat.
                “Heum..”
                “Aku.. Aku tak suka sayuran. Jadi maaf jika aku menyisakannya.” Aku menatapnya sambil menyatukan kedua telapak tanganku di muka dengan maksud untuk meminta maaf.
                Hyu Rin menatapku sebentar, lalu dia menghentikan makannya dan menatap bekal makanku yang masih terdapat sayuran didalamnya. Hyu Rin mendesah pelan.
                “Kenapa kau tak suka? Kau tau Injunnie sayuran itu baik untuk kesehatanmu. Dan itu banyak mengandung vitamin yang berguna untukmu. Kalau kau tidak mau makan sayuran bagaimana kamu bisa sehat? Mulai sekarang kau harus membiasakan dirimu memakan sayuran sedikit demi sedikit. Aku akan membuatkanmu bekal makan siang setiap hari.” Ucapnya sambil tersenyum.
                “Tapi Hyu Rin-ah~” Aku memasang wajah memohon. Aku tak suka sayuran. Rasanya seperti obat, dan aku tak menyukainya.
                “Aaaa~” Hyu Rin menyumpitkan sayuran yang ada di bekalku ke depan wajahku.
                “Ha?”
                “Buka mulutmu!” Hyu Rin semakin mendekatkan sayuran itu ke mulutku.
                Aku sepertinya tidak punya pilihan lain selain mengikuti keinginannya. Dan aku pasrah membiarkan Hyu Rin menyuapkan sayuran itu ke dalam mulutku. Aku menutup mataku. Masih belum bereaksi dengan sayuran yang sudah berada di dalam mulutku. Perlahan dengan ogah – ogahan aku mengunyahnya sebentar dan langsung menelannya dengan cepat. Aku terdiam sesaat setelah aku berhasil menelan sayuran yang kubenci.
                “Enak bukan?” Tanyanya sambil tersenyum ke arahku.
                Aku menatapnya sebentar lalu perlahan aku menganggukkan kepalaku pertanda bahwa sayuran yang Hyu Rin buat sama sekali tidak terasa seperti obat yang selama ini aku duga.
                “Kalau begitu kau lanjutkan makan sayuranmu yang masih tersisa itu.”
               
“Iyah.” Aku mengangguk lalu mengambil bekalku dan menyumpitkan sayuran yang masih tersisa di dalamnya. Demi dia, bahkan sayuran yang kubencipun akan kumakan.

888888

                Sudah sebulan sejak kami jadian, tak terasa waktu cepat berlalu. Aku berjalan dengan riang di lorong sekolah. Hari ini sepulang sekolah aku berniat untuk mengajaknya makan. Hitung – hitung untuk merayakan sebulan jadian kami. Sambil bersiul – siul aku lalu melangkahkan kakiku menuju ruang osis. Aku ingin menemuinya dan bermaksud untuk mengutarakan keinginanku padanya. Begitu aku sudah sampai di depan ruang osis, saat aku hendak membuka pintu sayup – sayup kudengar suara Hyu Rin dan juga suara seorang namja di dalam. Aku mengurungkan niatku dan hanya berdiam diri di depan pintu.
                “Park Hyu Rin, bagaimana bisa kau menerimanya sebagai namja chingumu? Apa kau sudah gila? Dia bahkan tidak memiliki prestasi apapun di sekolah. Seorang pemalas yang kerjanya hanya tidur di kelas dan sering membolos sekolah. Dia tidak pantas sebagai namja chingumu.”
                “Tau apa kau tentang Injun? Jangan menghinanya seolah – olah kau kenal baik dengannya. Apa yang kulakukan tentu bukan urusanmu Lee Suhon. Urus saja urusanmu sendiri.” Hyu Rin setengah membentak kepada lawan bicaranya. Pertanda dia tidak menyukainya.
                Mendengar itu jantungku seolah berhenti berdetak. Mataku membulat. Badanku bergetar. Mencoba menyadari siapa aku selama ini dan sedihnya aku bahkan memang tipe orang yang Mika sebutkan tadi pada Hyu Rin. Aku.. sepertinya tidak pantas mendapatkan seorang yeojachingu seperti Park Hyu Rin.
                Tiba – tiba tanpa sadar pintu ruang osis terbuka. Dan Mika tau – tau sudah berada di depanku. Sedikit terkejut lalu dengan cepat dia merubah ekspresinya itu. Menatapku dingin dan ketus.
                Aku hanya menatapnya tak percaya sosok yang ada di hadapanku itu. Bagaimana bisa dia mengatakan hal jelek tentang diriku dihadapan Hyu Rin? Dia yang kuanggap sahabat ternyata diam – diam menusukku dari belakang. Dan yang paling aku tak percaya adalah dia juga menyukai Hyu Rin.
                “Heuh, kau mendengarnya yah?” tanya Mika sambil menatap Hyu Rin dari balik pintu lalu cepat menutup pintu osis dan mengajakku menjauh dari sana.
                Aku hanya diam. Bibirku serasa kelu untuk mengatakan kata – kata dari mulutku.
                “Aku menyukainya sejak kelas 1. Aku memperhatikannya dari jauh. Aku mengagumi sosoknya dari jauh. Aku menjadi pengurus osis pun karena aku ingin terus bersamanya. Berusaha untuk bisa menaklukan hatinya. Namun ternyata, orang sepertimu yang bisa menaklukan hatinya.” Jelasnya dengan membelakangiku. “Aku tidak bisa menerima jika orang sepertimu yang dia pilih. Aku rela meski dia tak kumiliki namun yang tak kurelakan adalah jika dia memilih seorang namja yang bahkan levelnya jauh dibandingkan aku bahkan dia.”
                Kata – kata yang langsung membuatku merasa  tersudut.
                “Kita memang teman, namun jika masalah Hyu Rin kita adalah rival. Dan aku akan berusaha untuk merebut hatinya darimu.” Mika meninggalkan aku dengan wajah dinginnya. Namun sebelum wajahnya menghilang dari pandanganku dia menoleh padaku sebentar, “Hyu Rin pantas mendapatkan seseorang yang jauh lebih baik dari dirimu.”
                Aku menatap kosong punggung Mika yang sudah menghilang dari pandanganku. Sepeninggal dia aku berusaha mencerna semua yang dia katakan padaku. Tentang diriku yang levelnya jauh dari Hyu Rin, tentang diriku yang suka tidur di dalam kelas saat pembelajaran sedang berlangsung dsb. Aku mendesah pelan. Lalu kutatap langit biru di atas. Aku tersenyum getir. Air mataku jatuh sebelah.
                ‘sepertinya aku memang tidak pantas untuknya.’

888888

                “Injunnie, kau melewatkan makan siangmu. Kau mau kemana?” tanya Hyu Rin padaku yang sedang tergesa – gesa.
                Aku menghentikan langkahku, menatap wajah cantik Hyu Rin di depanku. Pikiranku melayang entah kemana.  Aku memegang kedua pundak Hyu Rin. Sedangkan Hyu Rin menatapku bingung.
                “Hyu Rin-ah~” Ucapku dengan wajah serius.
                “Ne.”
                “Kumohon, beri aku waktu untuk mengintrospeksi hidupku.”
                “Mwo?” Hyu Rin tampak bingung dengan perkataanku.
                “Aku.. Aku..” Wajahku menunduk, aku merekatkan peganganku ke pundak Hyu Rin. “Aku ingin menjadi sosok namja yang pantas untukmu.” Aku langsung mengangkat wajahku begitu aku mengatakannya yang langsung disambut dengan wajah setengah terkejut milik Hyu Rin.
                “Injunnie, kau bilang apa?” Hyu Rin ingin mendengar perkataan Injun barusan.
                Injun menghela nafas pelan, lalu dia menatap Hyu Rin dengan tampang serius lagi.
                “Aku ingin menjadi namja chingu yang pantas untukmu. Aku ingin menjadi sesosok namja yang pantas kau banggakan, yang pantas kau tunjukkan pada semua orang. Aku ingin menjadi lebih baik lagi.”
                “Injunnie, kau pantas menjadi namj achinguku.”
                “Tapi bagi orang lain tidak Hyu Rin-ah” Aku menunduk, entah kenapa memori mengenai perkataan Mika yang dia sampaikan tadi pagi tiba – tiba muncul dalam benaknya.

“Kalau kau bisa mendapatkan peringkat 15 besar untuk ujian semester mendatang, maka  aku akan merelakan dia bersamamu. Tapi jika tidak maka sudah pasti kau harus putus dengannya dan membiarkan dia menjadi milikku.”

                Hyu Rin hanya diam dan menatapku dalam. Dia menyentuh pipiku dan tersenyum lembut.
                “Aku senang begitu mendengar hal itu darimu. Aku akan mendukungmu.”
                “Kau akan mendukungku?” Senyumanku mendadak muncul setelah seharian aku tak mampu untuk tersenyum.
                “Tentu. Kalau kau ingin menjadi lebih baik maka aku akan mendukungmu.”
                “Gomawo Hyu Rin-ah.” Tanpa sadar aku menarik tubuhnya kedalam pelukanku karena senang.
                Hyu Rin yang awalnya kaget dengan tidakanku dengan sendirinya membiarkanku untuk memeluknya. Dia membalas pelukanku hangat. Ada sesuatu yang tiba – tiba merasuk dalam diriku. Seperti sebuah tekad yang akan membuatku bisa menjadi yang lebih baik.
                ‘Hyu Rin-ah, aku yakin aku pasti bisa menjadi yang pantas untukmu.’

888888

                Aku bergidik begitu melihat tumpukan buku tebal yang berada di hadapanku. Semua buku itu harus kuplejari dan kupahami. Mendadak aku menjadi mual begitu membayangkan aku akan mempelajari semua buku – buku itu. Aku merebahkan kepalaku di atas meja dan membiarkan kepalaku terbenam di antara buku – buku itu. Hyu Rin yang melihat ekspresiku hanya tersenyum kecil, dia memang yang menyarankan aku untuk membaca semua buku itu.
                “Ya.. kenapa seperti itu? Ayo semangat !! Kau bilang kau ingin menjadi yang pantas untukku.” ucap Hyu Rin sambil menarik kursi di sampingku lalu mengambil sebuah buku tebal dari tumpukan itu.
                Dengan sangat terpaksa aku mengangkat kepalaku, aku memang ingin menjadi yang pantas untuknya tapi melihat tumpukan buku tebal itu entah kenapa semangat yang muncul kemarin menjadi lenyap seketika.
                “Dimulai dari matematika dulu yah.” Dia lalu membuka buku tebal itu disertai dengan buku catatan di dekatnya.
                Aku mengangguk. Aku harus memenuhi tantangan Mika. Aku tak ingin Hyu Rin pergi dariku. Aku tak mau dia merebut Hyu Rin. Aku akan menjadi yang pantas untuk Hyu Rin. Aku akan bekerja keras.

888888
                “tititititititit”
                Suara jam weker membangunkan tidurku tepat pukul 5A M. Mataku yang masih mengantuk kupaksa untuk terbuka. Aku bangkit dari tempat tidurku. Dengan langkah gontai aku memasuki kamar mandi untuk cuci muka dan sikat gigi. Setelah kesadaranku kian ada aku lalu mengganti baju tidurku dengan baju olahraga putih dengan corak putih hitam di kedua lenganku dan juga lambang kupu-kupu di bagian kiri dadaku. Handuk kecil aku lingkarkan di leherku. Aku siap untuk berolahraga.
                Mulai saat ini setiap pagi seperti inilah kegiatan yang akan ku kerjakan. Kulakukan hal ini juga demi mengikuti keinginan Hyu Rin yang menginginkan aku berolahraga setiap hari dipagi hari. Kegiatan yang sama sekali tak pernah terbayang olehku kini kulakukan juga. Aku yang bisanya bangun siang harus bangun pagi untuk berolahraga pagi bersamanya. Lagi – lagi demi Hyu Rin aku melakukan semua ini. heuhh~ meski terasa sulit tapi aku akan menjalaninya dengan senang hati J

888888

                “Ah sial.” Aku merutuk kesal begitu melihat angka 50 dengan warna spidol merah pada kertas ulangan matematikaku. Aku  menggaruk – garukkan kepalaku gemas. Belum percaya dengan hasil ulanganku.
                “Injunnie, kau peningkatan. Biasanya kau selalu mendapatkan nilai 15 atau 20 untuk matematika. Tapi sekarang jadi 50. Itu bagus.” Karam menepuk – nepuk punggungku agak keras, namun aku tak memperdulikannya. Mataku masih manatap kosong pada kertas ulangan matematikaku.
                Lalu entah kenapa mataku tertuju pada Mika yang sepertinya dia sedang memperhatikanku. Dia tersenyum padaku sambil mengacungkan kertas ulangannya yang bertuliskan nilai 100 di dalamnya. Aku memalingkan mukaku kesal.
                “Sial.” Tanganku tergenggam erat dan bergetar. Aku belum bisa menerima keadaan ini. dia yang menang dan aku kalah. Aku mendesah pelan lalu menatap hampa kertas ulanganku. Rasanya sia – sia aku belajar. Rasanya ingin menyerah saja.
                Tiba – tiba ada sesorang yang menjitak kepalaku, aku menoleh secara reflek dan kulihat sosok Hyu Rin sudah berada di dekatku dengan wajah tersenyum.
                “Dapat 50 itu sudah bagus. Jangan menyerah seperti itu hanya gara – gara nilaimu segitu. Lagipula kau sudah mengalami peningkatan begitu.” Kata Hyu Rin sambil tersenyum.
                “Hyu Rin-ah~” Aku menatap Hyu Rin penuh arti. Melihat senyuman yang dimiliki entah kenapa rasa kesalku mendadak menghilang. Aku merasa seperti memiliki semangat baru. Aku membalas senyumannya. Aku tidak akan menyerah. Aku akan mencobanya lagi. Ini masih permulaan.  Oh Tuhan, aku pasti bisa.
888888

                “Yak, selanjutnya kau kerjakan soal geometri di buku ini. Penjelasannya sudah aku beri tau tadi khan? Sepuluh menit.” Ucap Hyu Rin sambil mengerlingkan matanya padaku.
                “Mwoya? 10 menit? Aku harus mengerjakan 20 soal ini dalam 10 menit?” Tanyaku tak percaya yang hanya dibalas anggukan oleh Hyu Rin.
                “Tentu. Kau pasti bisa.”
Dia menepuk pundakku. Dan tersenyum untuk memberikanku semangat. Aku menatapnya lama. Aku mengangguk. Bersiap untuk mengerjakan soal yang diberikan.
Yak, seminggu lagi ujian semester akan dimulai. Dan selama ini aku sudah berusaha keras untuk merubah diriku menjadi yang lebih baik. Aku yang biasanya membolos dan tidur di dalam kelas sekarang sudah tidak melakukan hal itu lagi. Aku akan menunjukkan kepada semua orang bahwa Injun yang selama ini selalu malas telah berubah menjadi seseorang yang mampu diperhitungkan. Aku memiliki kepercayaan itu. Dengan dukungan Hyu Rin, aku seolah bisa melakukan semua itu. Bahkan untuk mencapai peringkat 15 pun aku seolah mampu menggapainya.
“Trrrrtrrrrttrrrrtt..”
Suara getar handphone sempat menghentikanku sejenak. Bukan dari handphoneku ternyata. Getar handphone itu milik Hyu Rin. Hyu Rin yang sedang menemaniku belajar sambil membaca buku menghentikan kegiatannya sejenak. Dia mengambil handphonenya yang dia letakkan di atas meja. Dia melihat handphonenya sebentar, lalu beberapa detik kemudian dia mengetikkan sesuatu. Sesudah itu dia menutup flip handhonenya. Meletakkannya di saku roknya lalu bermaksud hendak beranjak dari tempat duduknya.
“Injunnie~ aku pergi sebentar. Ada rapat osis mendadak. Nanti aku akan kembali. Kau kerjakan apa yang aku pinta tadi. Kalau sudah kau sambil baca – baca buku lainnya.”
Belum sempat aku mengatakan sesuatu padanya dia sudah menghilang dari perpustakaan. Aku hanya menatap kepergiannya diam. Aku mendesah pelan. Menyandarkan tubuhku dan meregangkan otot – ototku yang sedari tadi terasa penat. Aku istirahat sebentar saja. Lagipula soal – soal geometri dihadapanku ini hanya tinggal 5 soal tersisa. Sambil menunggunya selesai rapat lebih baik aku istirahat dulu.
Aku menguap beberapa kali, kutatap jam digital yang kupasang di lengan kananku. Sudah sejam sejak dia pergi. Dia bahkan belum kembali. Soal – soal geometri ini juga sudah kuselesaikan lama. Aku juga membaca beberapa buku untuk membunuh waktu. Kulihat jendela dibelakangku. Cahaya berwarna jingga memantul dari jendela perpustakaan.
“Heuh~”
Aku mendesah untuk yang kesekian kalinya. Kusandarkan kepalaku di atas meja. Membiarkan buku – buku itu menjadi sandaran kepalaku. Sayup – sayup angin yang masuk dari jendela perpustakaan membuat rasa kantukku mendadak semakin kuat. Entah kenapa aku juga begitu menikmati suasana tenang perpustakaan yang saat itu memang sedang lengang saat – saat jam sore. Dengan mata yang sepertinya sudah tidak bisa diajak berkompromi lagi perlahan aku memejamkan mataku. Dan jiwaku dengan cepat sudah berada di alam mimpi.
“Injunnie~ maaf aku baru kembali.” Hyu Rin masuk ke dalam perpustakaan dengan wajah khawatir. Khawatir karena dia merasa tak nyaman membuat Injun menunggu lama. Namun yang di dapat Hyu Rin ternyata suara dengkuran Injun yang sekarang sedang terlelap diantara buku – bukunya. Yang membuat Hyu Rin cekikikan adalah karena Injun menjadikan beberapa buku didekatnya itu sebagai bantalan tidurnya. Hyu Rin menggeleng – gelengkan kepalanya gemas.
“Hyu Rin-ah, aku pasti bisa.. Heum.. nyam.. nyam..”
Hyu Rin terdiam sesaat begitu mendengar suara igauan Injun. Hyun Ri lalu tersenyum. Dia duduk di sebelah Injun. Membelai lembut rambut Injun yang jatuh menutupi mukanya. Dia bahkan menyingkap beberapa poni Injun itu. Hyu Rin menatap lama wajah Injun yang tertidur.
‘Kau sudah berusaha kerasa demi diriku. Terima kasih.’
Entah Injun sadar atau tidak, tapi sebuah kecupan lembut diberikan Hyu Rin padanya di dahinya. Mungkin sebagai sebuah ‘reward’ karena Injun telah berusaha menjadi lebih baik lagi.
‘Aku yakin kau pasti bisa, Injunnie~”

888888

Ujian semester akhirnya tiba juga. Dan disinilah pertarungan yang sebenarnya dimulai. Aku dengan langkah ringan dan percaya diri berangkat kesekolah.
‘Akhirnya tiba juga.’
“Annyeong.” Suara Hyu Rin menyambutku di pagi ini di depan gerbang sekolah. Dia tersenyum padaku.
“Hyu Rin-ah.” Aku mempercepat langkahku dan mendekatinya. “Annyeong.” Balasku sambil mebalas senyumannya.
“Hari ini sudah siap khan?”
Aku mengangguk mantap pada Hyu Rin.
“Tentu saja aku sudah siap. Selama ini kau yang membingbingku. Jadi aku percaya bahwa aku bisa buat ujian nanti.”
“Baguslah. Hwaiting.”
“Kau juga Hyu Rin.” Aku membelai rambutnya pelan yang dibalas senyuman olehnya.
Selama berjalan di lorong sekolah kami berdua bercanda gurau bersama. Bahkan ada tawa yang terselip. Rasanya ujian ini seperti tidak ada beban bagiku. Langkah kami lalu terhenti begitu melihat Mika sudah berada di depan pintu kelas. Dia menatapku datar. Sedangkan aku juga membalasnya dengan tatapan yang sama.
“Ayo masuk Hyu Rin-ah.” Aku menggandeng Hyu Rin masuk kelas.
Hyu Rin hanya mengangguk dan mengamini permintaanku. Kami berjalan melewatinya. Saat itulah sayup – sayup kudengar kata – kata dari mulutnya.
“Aku yang akan menang.”
Aku menoleh sejenak. Menatapnya dengan wajah tak suka.
‘Cih, aku yang akan menang. Liat saja nanti Lee Suhon.’

888888

Dua minggu berlalu sejak ujian semester berakhir. Hari ini sekolah akan menempelkan papan nama hasil ujian semester. Aku sungguh sangat tegang menanti hal ini terjadi. Saking tegangnya aku bahkan tak bisa tidur semalam dan terus – terusan memikirkan hari ini tiba. Hyu Rin yang melihat keteganganku selalu berhasil membuatku tenang. Entah seperti sebuah magic. Dia mampu mengubahku seperti ini.
Kang Songsaenim datang sambil membawa gulungan kertas untuk ditempelkan di papan pengumuman. Sepertinya itu memang hasil dari ujian semester. Aku berusaha mendekat. Namun apesnya begitu aku hendak mendekat kerumunan siswa sudah lebih dulu mendekati papan pengumuman.
“Sial.” Rutukku kesal.
“Sabar, kita tunggu sampai kerumunan itu berkurang yah.” Hyu Rin menepuk – nepuk punggungku pelan.
Aku menatap Hyu Rin dan mengangguk. Aku mengikuti keinginannya walau sebenarnya aku ingin sekali merangsek masuk ke dalam kerumunan itu untuk melihat apakah namaku ada di papan pengumuman. Aku akan menunggu.
                Setelah kerumunan kian berkurang aku mengajak Hyu Rin untuk melihat hasil dari ujian semester di papan pengumuman. Aku menggandeng tangannya supaya dia tak hilang dari pandanganku. Dengan susah payah aku menajamkan mataku. Aku sampai menjinjit untuk melihat dengan jelas. Kulihat nama Park Hyu Rin berada di paling atas dengan nilai yang nyaris hampir sempurna. Aku tak kaget jika namanya bertengger di paling atas. Dan yang menyebalkan lagi nama Lee Suhon berada di bawah nama Hyu Rin dengan menempati peringkat kedua.
                “Bagaimana?” Tanya Hyu Rin yang memang tak bisa melihat papan pengumuman itu.
                “Heum. Seperti biasa namamu berada di paling atas.” Jawabku sambil menatapnya.
                “Bukan.. Bukan itu yang kumaksud. Maksudku apa ada namamu di peringkat 20 besar?”
               
Aku tak menjawab, aku kembali memfokuskan pandanganku pada papan pengumuman itu. Mataku bergerak turun hingga peringkat 10. Tidak ada namaku. Rasanya sedikit mustahil aku bisa mendapatkan peringkat 10 besar. Lalu aku melanjutkan melihat peringkat 20 besar.
                Kutajamkan lagi penglihatanku. Mataku bahkan sampai menyipit untuk bisa melihatnya dengan jelas. Saat mataku tertuju pada peringkat 14 aku terdiam. Mendadak tubuhku lemas. Aku berusaha untuk melihatnya dengan jelas sebuah nama yang berada di peringkat itu.

“14. Lee Injun / 이인준 (730)”

          “Injunnie~ gwenchana?” Tanya Hyu Rin yang cemas melihat ekspresiku yang shock. “Apa yang terjadi? Kau berada di peringkat berapa?” Tanyanya beruntut sambil mengguncang – guncangkan lenganku.
                Aku masih belum bereaksi. Aku shock melihat namaku berada di peringkat ke 14 di seluruh sekolah. Aku berusaha melihat lagi papan pengumuman. Berharap itu hanyalah mimpi atau apalah itu. Namun ternyata tidak. Aku sampai menepuk kedua pipiku untuk meyakinkan ini bukanlah mimpi.
                “Injunniee~” Hyu Rin mendorngku pelan ke belakang. Dia bermaksud untuk melihat sendiri papan pengumuman. Sepertinya dia sedikit kesal karena pertanyaannya tidak segera direspon olehku. Aku dengan pasrah membiarkan Hyu Rin merengsek masuk ke dalam kerumunan. Setelah dia berhasil masuk dan berada tepat di depan papan pengumuman dia lalu menggerakkan matanya kebawah sambil menempelkan jari telunjuknya ke papan pengumuman.
                Mata dan jarinya berhenti bergerak begitu sampai pada peringkat ke-14. Nama Injun tertera jelas disana. Mata Hyu Rin membulat begitu mengetahuinya. Ini bukan mimpi. Injun berada di peringkat ke-14. Hyu Rin lalu keluar dari kerumunan. Menatap Injun yang sedang menunggunya dibelakang kerumunan dengan wajah masih shock.
                “Hyu Rin-ah, itu.. itu..” Aku masih belum bisa mengatakan dengan jelas.
                Hyu Rin tersenyum menatapku yang masih saja shock. Lalu entah aku mimpi atau tidak air mata Hyu Rin jatuh membasahi pipinya. Aku terdiam.
                “Hyu Rin-ah~”
                Perlahan Hyu Rin mendekatiku. Dia lalu memelukku. Aku hanya diam. Sedangkan banyak mata mendadak mengalihkan perhatiannya kepada kami berdua. Aku kontan jadi kikuk dan serba salah.
                “Hyu Rin-ah~”
                “Kau berhasil Injunnie. Kau berhasil. Kau berada di posisi 14 dan itu bukanlah suatu mimpi. Itu kenyataan. Kau berhasil melakukannya.” Dia menatapku sambil tersenyum. Air matanya masih menggenang di pelupuk matanya.
                “Hyu Rin-ah, aku berhasil. Dan itu bukan mimpi. Ini semua berkat dirimu.” Aku membelai rambutnya lembut.
                Hyu Rin menggeleng pelan.
                “Bukan berkat diriku. Tapi berkatmu yang mau berubah. Dan kau berhasil melakukannya.”
                Aku tersenyum. Yah.. kau juga ikut berperan dalam hidupku.
                “Eciye~ yang masuk peringkat 20 besar.” Suara cempreng Karam membuyarkan kemesraan kami. Dia mendadak merangkulku. Dan sontak aku dan Hyu Rin melepaskan pelukan kami.
                “Kau ini.” Aku menyikutnya pelan dan kami tertawa bersama.
                “Traktir – traktir.” Jay ikut bersuara yang diamini dengan senyum girang Hyunmin.
                “Heee? Traktir lagi?”
                “Tentu saja, kau harus berbagi kebahagiaan dengan kami. Setelah kau bersama Hyu Rin sekarang kau mendapat peringkat 15 besar. Itu khan berita menyenangkan.” Ucap Hyunmin yang sudah membayangkan makan sepuasnya di kafetaria.
                “Hei.. Hei..” Mereka menarikku dan Hyu Rin menuju kafetaria.
                Namun langkah kami tiba – tiba terhenti begitu ada Mika di hadapan kami. Wajahnya datar. Lalu dia melangkahkan kakinya mendekatiku. Aku menggenggam tangan Hyu Rin. Aku menang, dan tak akan kuserahkan Hyu Rin kepadanya.
                Dia menepuk pundakku pelan, lalu membisikkan sesuatu ke telingaku.
                “Chukkae. Kau bisa kupercayai sekarang. Teruslah kau tingkatkan prestasimu itu. Semoga bahagia.”
                Mataku melebar begitu mendengar perkataan Mika. Aku berbalik dan menatap Mika yang melambaikan tangannya padaku. Dia..
                “Dia gentlemen bukan?” Kata Hyu Rin sambil menatapku jahil.
                “Mwoya? Aku lebih hebat dari dia. Ayo kita ke kafetaria. Kita akan makan. Aku yang traktir.” Aku menggandeng tangan Hyu Rin dan merangkul Karam menuju ke kafetaria. Hyunmin dan Jay juga terlihat begitu antusias.
                Aku menatap Hyu Rin lekat. Lalu tersenyum kepadanya.
“Tidak perduli apapun yang terjadi pada diriku”
“Jika kau bersamaku”
“Aku bisa bekerja dengan keras, aku bisa menjadi lebih kuat.”
“Selalu ada kekuatan cinta di dalamnya"
“Kapanpun aku memikirkanmu, entah kenapa keberanianku jadi semakin meningkat.
“Aku percaya bahwa aku bisa melakukan apapun”
“Itulah yang dinamakan kekuatan cinta”

“FIN”
Farida Mutia Agustin (@fmutia0628)
Kamis, 15 Maret 2012 (10.58 WIB)

0 comments:

Posting Komentar