5 Tahun
Kemudian…
“Dear Park Hyun Ra,
Mungkin saat kau menerima ini aku sudah
tak berada disisimu lagi.
Maafkan aku karena tak bisa menepati
janjiku untuk memberikan 1000 burung kertas kepadamu.
Maafkan aku karena tak bisa menemanimu
melihat bulan yang indah lagi.
Maaf.
Rupanya Tuhan telah memintaku untuk menemani Eomma di langit sana.
Burung kertas itu walaupun harapannya
tak terbalas,
Namun keikhlasan dan kasih sayangmu
tersampaikan untukku
Kumohon jika aku sudah tak ada disini
tetaplah melangkah dengan senyummu sampai kapanpun
Terima kasih untuk semua kenangan yang
kau berikan untukku. Itu sangat berharga bagiku.
Good bye Park Hyun Ra :”) ”
“Ps: Hyun Ra Park, Saranghamnida”
Air mata Hyun Ra menitik untuk
kesekian kali saat membaca pesan itu. Yah, itulah pesan terakhir yang Jihwan
berikan padanya. Burung kertas yang dulu diberikannya pada Jihwan rupanya dia
kembalikan lagi padanya dalam bentuk pesan yang tersembunyi dalam lipatannya. Yang
membuat hati Hyun Ra sakit adalah kata terakhir yang Jihwan tulis dalam
pesannya.
“Hyun Ra Park, Saranghamnida”
Hyun Ra
tertawa kaku begitu membacanya, namun air matanya masih belum berhenti
mengaliri wajahnya. Tubuhnya mendadak bergetar. Bahkan meskipun dia sudah
membacanya berkali – kali sekalipun tapi entah kenapa rasa sakit itu masih
belum hilang dari hatinya. Yah, kata
terakhir yang sangat ingin Jihwan ungkapkan padanya jikalau nanti operasinya
berhasil.
Kata
terakhir yang secara tidak langsung merupakan sebuah janji Jihwan kepadanya
jika dia mampu menjalani operasinya dulu. Kata terakhir yang mungkin merupakan
awal dari sebuah harapan. Namun ternyata semua itu hanya berupa kata yang
tertulis kaku dan tersembunyi dalam kertas yang berbentuk burung itu. Tanpa
pernah bisa Jihwan ucapkan langsung pada Hyun Ra. Tanpa pernah bisa Jihwan
ungkapkan semuanya pada Hyun Ra. Tapi bagi Hyun Ra itu sudah cukup. Dia tidak
ingin apapun lagi.
Hyun
Ra memejamkan matanya. Berusaha
menenangkan hatinya itu. Walau lima tahun itu sudah berlalu namun semua
kenangan itu terasa masih begitu hangat di hati Hyun Ra. Hyun Ra menghembuskan
nafas perlahan, wajahnya mendongak keatas. Dia lalu membuka matanya. Di saat
yang bersamaan sebuah burung kertas mendarat di atas wajahnya.
Hyun
Ra terkejut, dia lalu mengambil burung kertas itu dan menatapnya dengan
seksama. Dirabanya burung kertas yang asal usulnyapun bahkan tak Hyun Ra
ketahui. Entah karena alasan apa Hyun Ra secara tiba – tiba membuka lipatan
burung kertas itu hingga berbentuk kertas persegi. Mata Hyun Ra membulat dan
mulutnya setengah menganga begitu melihat sesuatu yang tertulis di dalamnya.
Kemudian selang beberapa detik kemudian dia tersenyum getir.
“Hwaiting !! J“
‘Apa
kau memperhatikanku dari sana, Jihwan? Apa kau selalu melihat selama lima tahun
ini?’
Hyun
Ra menatap keatas, matanya menerawang namun senyumnya tak berhenti merekah.
Hyun Ra lalu melipat kembali kertas itu menjadi berbentuk burung kembali dan
memasukkannya kedalam tasnya. Diambilnya kertas persegi dari dalam tasnya, dia
lalu menuliskan sesuatu didalamnya.
“Always. I miss you.”
Kemudian
setelah selesai Hyun Ra melipatnya menjadi bentuk Burung Kertas. Di letakkannya
burung kertas itu di pinggir lapangan. Hyun Ra melangkahkan kakinya
meninggalkan lapangan basket indoor itu dengan langkah percaya diri. Sayup –
sayup bisa Hyun Ra rasakan sebuah angin lembut menerpa wajahnya. Yah, dia
memang tak bisa berada disisinya lagi. Dia telah pergi menemani Tuhan dan
akhirnya bisa bertemu kembali dengan Eommanya di sana. Namun dia tak pernah
benar – benar pergi, karena bagaimanapun keadaannya dia masih tetap hidup di
hatinya. Untuk selamanya.
--FIN--
0 comments:
Posting Komentar