Maaf kalo ada yang bosen sama aku ._.v
Gag ada maksud, cuma mau ngepost FF iseng - isengku kok^^V
Yang nyempetin baca makasih ajah :)
Ah, iyah.. please don't copy paste my FF
Walau jelek tapi ini kerja kerasku :D
Let's check this out -->
Hyun Ra menatap
pintu kamar inapnya cemas. Matanya bahkan tak lepas dari pintunya itu sedari
tadi. Hyun Chul yang melihat tingkah adiknya itu malah gemas sendiri.
“Ya !! apa yang
kau lihat dari pintu kamarmu? Apa ada seseuatu yang menarik?” Tanya Hyun Chul
sambil ikutan menatap sang pintu dengan tatapan tanpa minat.
“Dia.. kemana?”
Hyun Ra bergumam tak jelas, dia bahkan tak memperdulikan Oppanya yang sedari
tadi menatap Hyun Ra dengan tatapan sangsi.
“Dia? Dia
siapa?” Tanya Hyun Chul bingung sambil menatap adiknya itu dengan pikiran yang
dipenuhi dengan tanda Tanya.
“Jihwan.. dia
kemana? Biasanya jam segini dia selalu kemari dan memberikanku burung kertas.”
Kata Hyun Ra tanpa sedikitpun melepaskan pandangannya kea rah pintu kamar
inapnya.
“Hah? Jihwan? Ahh.. namja yang sering bersamamu itu khan?
Yang wajahnya imut itu?”
“Heumm..” Hyun
Ra bergumam sambil menunduk mengiyakan pertanyaan Oppanya.
“Kenapa? Kau
merindukannya?” Tanya Hyun Chul lagi dengan senyuman jahilnya dan bermaksud
untuk menggoda adik satu – satunya itu.
“Eh, aniya~ aku
hanya heran saja.. biasanya dia kemari tiap pagi. Tapi sekarang dia gak ada..”
Mata Hyun Ra menerawang tak jelas, ingatannya terus menerus tertuju pada Jihwan.
“Ahh.. sudahlah.
Mungkin dia sedang ada keperluan, toh sekarang ada Oppamu ini yang sedang
menemanimu. Kau tak suka?”
“Aku suka kok
Oppa.. tapi…” Hyun Ra tak mampu melanjutkan kata – katanya, tapi tanpa ada
Jihwan bersamanya saat ini dia merasa begitu berbeda.
Tiba – tiba
seseorang membuka pintu. Hyun Ra secara reflex langsung memfokuskan
pandangannya ke arah pintu, berharap sosok Jihwan muncul dari balik pintu. Namun
ternyata itu bukan sosok Jihwan, melainkan sosok seorang wanita cantik dengan
wajah penuh senyum sambil membawa sebuah catatan medis ditangannya.
“Pagi.” Ucap
suster itu kepada Hyun Ra dan Hyun Chul.
“Pagi suster.”
Ucap Hyun Chul sambil berbalas senyum.
Hyun Ra yang
melihat kedatangan suster ke kamarnya tampak kecewa, padahal dia berharap
Jihwan yang datang. Tapi ternyata sosok itu bukanlah yang dia inginkan.
“Bagaimana
keadaanmu sekarang?” Tanya suster sambil mengecheck kondisi kaki Hyun Ra.
“Baik Sus. Jauh
lebih baik.” Jawab Hyun Ra tanpa minat.
“Baguslah kalau
begitu. Rajin – rajinlah terapi supaya kau bisa berjalan lagi.” Kata suster itu
sambil mencatat sesuatu pada catatan medisnya.
Lalu setelah selesai menge-check keadaan Hyun Ra, dia bermaksud
meninggalkan kamar. Namun langkahnya terhenti dan berbalik.
“Ada apa suster?
Ada yang ketinggalan?” Tanya Hyun Chul saat melihat suster itu tiba – tiba
berbalik dengan ekspresi muka sedikit terkejut.
“Ah, tidak. Ada
sesuatu yang lupa kuberikan untuk Pasien.” Kata suster itu sambil mengambil
sesuatu dari balik tangannya yang memegang catatan medis. “Ini untukmu Park
Hyun Ra.”
“Eh?” Hyun Ra
kaget saat suster itu memberikan sesuatu untuknya. Sesuatu yang seharusnya
Jihwan yang memberikannya setiap pagi. “Iniii…”
“Aku tidak tau
maksudnya apa, tapi pasien Jihwan memintaku untuk memberikan ini padamu. Dia
bilang maaf karena tidak bisa memberikannya langsung padamu.”
“Terus Jihwan
sekarang ada dimana?” Tanya Hyun Ra dengan rasa keingintahuannya yang besar.
“Kalau itu maaf
saya tidak bisa memberitahukannya.” Kata suster itu sambil membungkukkan
badannya. “Saya permisi pergi.” Katanya lalu beranjak pergi dan menghilang di
balik pintu. Hyun Ra hanya menatap kepergian suster itu dengan tampang kecewa.
Kecewa karena sepertinya ada sesuatu hal yang seolah ditutupi oleh sang
suster.. atau bahkan ditutupi oleh seluruh direksi rumah sakit mengenai
sosok Jihwan.
“Burung kertas?”
Hyun Chul mengambil burung kertas itu dari Hyun Ra dan mengamatinya dengan
seksama. “tidak ada sesuatu yang istimewa.” Lanjutnya lalu memberikannya
kembali pada Hyun Ra yang sejak peninggalan suster tadi dia hanya diam saja.
“Ini istimewa
untukku.” Kata Hyun Ra sambil menatap burung kertas itu dengan wajah tersenyum.
Dia kemudian meletakkan burung kertas itu di meja dekat tempat tidurnya.
“Penyemangatku setiap hari.”
@@@@@
Hyun Ra membolak
– balikkan majalah olahraga di tangannya berulang – ulang. Karena sudah merasa
telah membaca semua isinya, Hyun Ra lalu melempar majalah itu ngasal. Dia bosan
kalo lama – lama berada disini tanpa melakukan kegiatan apapun. Kerjanya hanya
tiduran dan kegiatannya juga mengikuti terapi setiap hari. Lagipula tadi Oppanya
yang juga mengantarnya sewaktu mengikuti terapi sudah pergi karena ada kuliah
dan terpaksa sekarang dia harus sendiri.
“Jihwan.. dia
dimana…?” Gumam Hyun Ra lagi. Matanya menerawang lagi memikirkan hal itu.
Sudah 3 hari ini
Hyun Ra tak melihat Jihwan. Burung kertas yang selalu Jihwan berikan untuknya
sekarang malah selalu dititipkan kepada suster yang seperti biasa mengecheck
keadaan Hyun Ra. Jihwan menghilang tanpa sebab Hyun Ra ketahui. Sudah berulang
kali Hyun Ra bertanya kepada suster yang sekarang memberikan burung kertas itu
pada Hyun Ra, tapi hasilnya suster itu tetap tak memberitahukan keberadaan
Jihwan. Hyun Ra bahkan sampai memaksa tapi tetap saja sang suster tidak mau
membuka mulutnya. Hyun Ra juga mencoba mengecheck kamar inap Jihwan, tapi
hasilnya sosok yang dicarinya itu tak ada dimanapun. Hyun Ra sampai putus asa..
bahkan sekarang dia pasrah saja.
Hyun Ra bosan,
tidak ada yang dia lakukan saat ini. Hyun Ra kemudian bangkit dari tempat
tidurnya. Kalau diam terus seperti ini bisa – bisa dia menjadi gila. Lagipula
memikirkan kemana Jihwan berada sudah membuatnya gila. Maka dari itu dia
memutuskan untuk keluar dari kamar dan bermaksud untuk berjalan – jalan
sejenak. Hyun Ra mengambil skruk yang berada di dekat tempat tidurnya. Sudah
lama dia tidak memakainya. Karena memang Hyun Ra selalu memakai kursi roda dan
yang mendorongnya adalah Jihwan.. ahh.. dimana anak itu..?
Hyun Ra berjalan
tertatih menuju pintu kamarnya. Saat dia akan membuka pintu, tiba – tiba kenop
pintunya berputar dan seseorang lalu muncul dari balik pintu secara perlahan.
Sosok itu muncul dari balik pintu dan kini dia berada di hadapan Hyun Ra. Sosok
berkupluk merak yang Hyun Ra rindukan selama 3 hari ini. Sosok yang tanpa Hyun
Ra sadari memiliki perubahan fisik. Muka yang pucat dan tubuh yang sedikit
kurus dengan mata picingnya yang sayu berdiri tepat dihadapannya.
“Annyeong.”
Ucapnya dengan wajah yang berhias senyuman.
Hyun Ra tak
memperdulikan sapaannya. Dia masih menatap sosok dihadapannya itu tak percaya.
Kemudian tubuh Hyun Ra bergetar. Hyun Ra menggigit bibir bawahnya kuat - kuat,
bermaksud untuk menahan air matanya untuk keluar. Tapi terlambat, air mata itu
tiba – tiba keluar dan jatuh perlahan tanpa sebab dia tau.
“Mianhae.. maaf
kalau aku menghilang selama 3 hari ini, aku tidak bermaksud menghilang tanpa
sebab.. tapi…”
“Jangan pergi…”
“Eh?” Jihwan
menatap Hyun Ra bingung. Dia melihat Hyun Ra yang menangis dengan wajah
menunduk.
“Jangan pernah
kamu pergi tanpa sedikitpun berpamitan kepadaku. Kau mengerti JEON JIHWAN?”
Kata Hyun Ra dengan suara bergetar, dia menatap Jihwan lekat. Air mata sudah
menggenanginya.
“Hyun Ra….”
Jihwan menatap Hyun Ra lama. Sudah kesekian kalinya dia melihat Hyun Ra
menangis di hadapannya. Namun dia tak pernah melihat Hyun Ra menangis karena
dirinya. Jihwan merasa dia benar – benar orang yang bodoh karena telah
melakukan itu pada Hyun Ra. Lalu secara tiba – tiba dia merengkuh Hyun Ra
kedalam pelukannya. Memeluk Hyun Ra lembut meskipun Hyun Ra sedikit memberontak
dan menolaknya. “Maafkan aku.. aku tak akan melakukan hal itu lagi. Maaf kan
aku….”
“Kau jahat.. kau
jahat.. kenapa kau tega lakukan itu padaku. Aku sudah kehilangan basket dan
juga Hyun Jin, aku tak ingin kehilanganmu.. aku tak mau kehilangan lagi…” Hyun
Ra memukul Jihwan pelan, sedangkan Jihwan malah semakin merapatkan pelukannya.
Kemudian dia membenamkan wajahnya ke dada Jihwan. Dia menangis untuk kesekian
kalinya di pelukan Namja itu. Kali ini dia tidak menangis karena basket ataupun
Hyun Jin. Tapi dia menangis karena Jihwan. Seorang namja yang sudah membuatnya
sadar bahwa kehadirannya di dalam hidupnya kini begitu berarti.
--To be continued--
0 comments:
Posting Komentar