Sabtu, 03 Desember 2011

,

[Fan Fiction] "PAPER BIRDS" Part 4

Back again^^
Maaf kalo ada yang bosen sama aku ._.v
Gag ada maksud, cuma mau ngepost FF iseng - isengku kok^^V
Yang nyempetin baca makasih ajah :)
Ah, iyah.. please don't copy paste my FF
Walau jelek tapi ini kerja kerasku :D
Let's check this out -->





Hyun Ra menatap pintu kamar inapnya cemas. Matanya bahkan tak lepas dari pintunya itu sedari tadi. Hyun Chul yang melihat tingkah adiknya itu malah gemas sendiri.
“Ya !! apa yang kau lihat dari pintu kamarmu? Apa ada seseuatu yang menarik?” Tanya Hyun Chul sambil ikutan menatap sang pintu dengan tatapan tanpa minat.
“Dia.. kemana?” Hyun Ra bergumam tak jelas, dia bahkan tak memperdulikan Oppanya yang sedari tadi menatap Hyun Ra dengan tatapan sangsi.
“Dia? Dia siapa?” Tanya Hyun Chul bingung sambil menatap adiknya itu dengan pikiran yang dipenuhi dengan tanda Tanya.
“Jihwan.. dia kemana? Biasanya jam segini dia selalu kemari dan memberikanku burung kertas.” Kata Hyun Ra tanpa sedikitpun melepaskan pandangannya kea rah pintu kamar inapnya.
“Hah? Jihwan?  Ahh.. namja yang sering bersamamu itu khan? Yang wajahnya imut itu?”
“Heumm..” Hyun Ra bergumam sambil menunduk mengiyakan pertanyaan Oppanya.
“Kenapa? Kau merindukannya?” Tanya Hyun Chul lagi dengan senyuman jahilnya dan bermaksud untuk menggoda adik satu – satunya itu.
“Eh, aniya~ aku hanya heran saja.. biasanya dia kemari tiap pagi. Tapi sekarang dia gak ada..” Mata Hyun Ra menerawang tak jelas, ingatannya terus menerus tertuju pada Jihwan.
“Ahh.. sudahlah. Mungkin dia sedang ada keperluan, toh sekarang ada Oppamu ini yang sedang menemanimu. Kau tak suka?”
“Aku suka kok Oppa.. tapi…” Hyun Ra tak mampu melanjutkan kata – katanya, tapi tanpa ada Jihwan bersamanya saat ini dia merasa begitu berbeda.
Tiba – tiba seseorang membuka pintu. Hyun Ra secara reflex langsung memfokuskan pandangannya ke arah pintu, berharap sosok Jihwan muncul dari balik pintu. Namun ternyata itu bukan sosok Jihwan, melainkan sosok seorang wanita cantik dengan wajah penuh senyum sambil membawa sebuah catatan medis  ditangannya.
“Pagi.” Ucap suster itu kepada Hyun Ra dan Hyun Chul.
“Pagi suster.” Ucap Hyun Chul sambil berbalas senyum.
Hyun Ra yang melihat kedatangan suster ke kamarnya tampak kecewa, padahal dia berharap Jihwan yang datang. Tapi ternyata sosok itu bukanlah yang dia inginkan.
“Bagaimana keadaanmu sekarang?” Tanya suster sambil mengecheck kondisi kaki Hyun Ra.
“Baik Sus. Jauh lebih baik.” Jawab Hyun Ra tanpa minat.
“Baguslah kalau begitu. Rajin – rajinlah terapi supaya kau bisa berjalan lagi.” Kata suster itu sambil mencatat sesuatu pada catatan medisnya.  Lalu setelah selesai menge-check keadaan Hyun Ra, dia bermaksud meninggalkan kamar. Namun langkahnya terhenti dan berbalik.
“Ada apa suster? Ada yang ketinggalan?” Tanya Hyun Chul saat melihat suster itu tiba – tiba berbalik dengan ekspresi muka sedikit terkejut.
“Ah, tidak. Ada sesuatu yang lupa kuberikan untuk Pasien.” Kata suster itu sambil mengambil sesuatu dari balik tangannya yang memegang catatan medis. “Ini untukmu Park Hyun Ra.”
“Eh?” Hyun Ra kaget saat suster itu memberikan sesuatu untuknya. Sesuatu yang seharusnya Jihwan yang memberikannya setiap pagi. “Iniii…”
“Aku tidak tau maksudnya apa, tapi pasien Jihwan memintaku untuk memberikan ini padamu. Dia bilang maaf karena tidak bisa memberikannya langsung padamu.”
“Terus Jihwan sekarang ada dimana?” Tanya Hyun Ra dengan rasa keingintahuannya yang besar.
“Kalau itu maaf saya tidak bisa memberitahukannya.” Kata suster itu sambil membungkukkan badannya. “Saya permisi pergi.” Katanya lalu beranjak pergi dan menghilang di balik pintu. Hyun Ra hanya menatap kepergian suster itu dengan tampang kecewa. Kecewa karena sepertinya ada sesuatu hal yang seolah ditutupi oleh sang suster.. atau bahkan ditutupi oleh seluruh direksi rumah sakit mengenai sosok  Jihwan.
“Burung kertas?” Hyun Chul mengambil burung kertas itu dari Hyun Ra dan mengamatinya dengan seksama. “tidak ada sesuatu yang istimewa.” Lanjutnya lalu memberikannya kembali pada Hyun Ra yang sejak peninggalan suster tadi dia hanya diam saja.
“Ini istimewa untukku.” Kata Hyun Ra sambil menatap burung kertas itu dengan wajah tersenyum. Dia kemudian meletakkan burung kertas itu di meja dekat tempat tidurnya. “Penyemangatku setiap hari.”

@@@@@

Hyun Ra membolak – balikkan majalah olahraga di tangannya berulang – ulang. Karena sudah merasa telah membaca semua isinya, Hyun Ra lalu melempar majalah itu ngasal. Dia bosan kalo lama – lama berada disini tanpa melakukan kegiatan apapun. Kerjanya hanya tiduran dan kegiatannya juga mengikuti terapi setiap hari. Lagipula tadi Oppanya yang juga mengantarnya sewaktu mengikuti terapi sudah pergi karena ada kuliah dan terpaksa sekarang dia harus sendiri.
“Jihwan.. dia dimana…?” Gumam Hyun Ra lagi. Matanya menerawang lagi memikirkan hal itu.
Sudah 3 hari ini Hyun Ra tak melihat Jihwan. Burung kertas yang selalu Jihwan berikan untuknya sekarang malah selalu dititipkan kepada suster yang seperti biasa mengecheck keadaan Hyun Ra. Jihwan menghilang tanpa sebab Hyun Ra ketahui. Sudah berulang kali Hyun Ra bertanya kepada suster yang sekarang memberikan burung kertas itu pada Hyun Ra, tapi hasilnya suster itu tetap tak memberitahukan keberadaan Jihwan. Hyun Ra bahkan sampai memaksa tapi tetap saja sang suster tidak mau membuka mulutnya. Hyun Ra juga mencoba mengecheck kamar inap Jihwan, tapi hasilnya sosok yang dicarinya itu tak ada dimanapun. Hyun Ra sampai putus asa.. bahkan sekarang dia pasrah saja.
Hyun Ra bosan, tidak ada yang dia lakukan saat ini. Hyun Ra kemudian bangkit dari tempat tidurnya. Kalau diam terus seperti ini bisa – bisa dia menjadi gila. Lagipula memikirkan kemana Jihwan berada sudah membuatnya gila. Maka dari itu dia memutuskan untuk keluar dari kamar dan bermaksud untuk berjalan – jalan sejenak. Hyun Ra mengambil skruk yang berada di dekat tempat tidurnya. Sudah lama dia tidak memakainya. Karena memang Hyun Ra selalu memakai kursi roda dan yang mendorongnya adalah Jihwan.. ahh.. dimana anak itu..?
Hyun Ra berjalan tertatih menuju pintu kamarnya. Saat dia akan membuka pintu, tiba – tiba kenop pintunya berputar dan seseorang lalu muncul dari balik pintu secara perlahan. Sosok itu muncul dari balik pintu dan kini dia berada di hadapan Hyun Ra. Sosok berkupluk merak yang Hyun Ra rindukan selama 3 hari ini. Sosok yang tanpa Hyun Ra sadari memiliki perubahan fisik. Muka yang pucat dan tubuh yang sedikit kurus dengan mata picingnya yang sayu berdiri tepat dihadapannya.
“Annyeong.” Ucapnya dengan wajah yang berhias senyuman.
Hyun Ra tak memperdulikan sapaannya. Dia masih menatap sosok dihadapannya itu tak percaya. Kemudian tubuh Hyun Ra bergetar. Hyun Ra menggigit bibir bawahnya kuat - kuat, bermaksud untuk menahan air matanya untuk keluar. Tapi terlambat, air mata itu tiba – tiba keluar dan jatuh perlahan tanpa sebab dia tau.
“Mianhae.. maaf kalau aku menghilang selama 3 hari ini, aku tidak bermaksud menghilang tanpa sebab.. tapi…”
“Jangan pergi…”
“Eh?” Jihwan menatap Hyun Ra bingung. Dia melihat Hyun Ra yang menangis dengan wajah menunduk.
“Jangan pernah kamu pergi tanpa sedikitpun berpamitan kepadaku. Kau mengerti JEON JIHWAN?” Kata Hyun Ra dengan suara bergetar, dia menatap Jihwan lekat. Air mata sudah menggenanginya.
“Hyun Ra….” Jihwan menatap Hyun Ra lama. Sudah kesekian kalinya dia melihat Hyun Ra menangis di hadapannya. Namun dia tak pernah melihat Hyun Ra menangis karena dirinya. Jihwan merasa dia benar – benar orang yang bodoh karena telah melakukan itu pada Hyun Ra. Lalu secara tiba – tiba dia merengkuh Hyun Ra kedalam pelukannya. Memeluk Hyun Ra lembut meskipun Hyun Ra sedikit memberontak dan menolaknya. “Maafkan aku.. aku tak akan melakukan hal itu lagi. Maaf kan aku….”
“Kau jahat.. kau jahat.. kenapa kau tega lakukan itu padaku. Aku sudah kehilangan basket dan juga Hyun Jin, aku tak ingin kehilanganmu.. aku tak mau kehilangan lagi…” Hyun Ra memukul Jihwan pelan, sedangkan Jihwan malah semakin merapatkan pelukannya. Kemudian dia membenamkan wajahnya ke dada Jihwan. Dia menangis untuk kesekian kalinya di pelukan Namja itu. Kali ini dia tidak menangis karena basket ataupun Hyun Jin. Tapi dia menangis karena Jihwan. Seorang namja yang sudah membuatnya sadar bahwa kehadirannya di dalam hidupnya kini begitu berarti.

--To be continued--

0 comments:

Posting Komentar