Identitas Buku
Judul Buku : Some Kind of Wonderful
Penulis : Winna
Efendi
Penyunting : Hetih Rusli
Desain Sampul : Sofiani
Tebal Halaman : 360 Halaman
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Sinopsis
Liam Kendrick dan Rory Handitama memahami arti kehilangan. Liam pergi
ke Sydney dengan dalih menggapai impian sebagai koki, walau alasan sebenarnya
untuk menghindari cinta pertama yang bertepuk sebelah tangan. Di lain pihak,
Rory sedang berusaha menata kehidupannya setelah suatu insiden membuatnya
kehilangan orang-orang yang disayanginya, dan melepaskan impiannya sendiri
sebagai pemusik.
Keduanya paham arti berduka, meski belum mengerti caranya. Kesedihan
dan kesepian mendekatkan Liam dan Rory sampai akhirnya ada rasa lain yang menyusup.
Saat perasaan sudah tak terelakkan, Liam dan Rory terjebak keraguan dan rasa
lama masih terlalu kuat untuk dilupakan. Dapatkah dua orang yang pernah
mencintai orang lain dengan segenap hati menyisakan ruang bagi satu sama lain?
Ulasan
Novel ini bercerita mengenai seorang Celebrity Chef terkenal di Sydney bernama asli William Sutjiawan a.k.a Liam Kendrick yang melarikan diri dari tempat kelahirannya
untuk mengejar impiannya sebagai koki dan juga cinta pertamanya sekaligus
sahabat sejak kecilnya yang bernama Wendy yang akan segera melangsungkan
pernikahan dengan adik tirinya sendiri bernama Willem Sutjiawan. Di satu sisi
ada Aurora Handitama a.k.a Rory Nicholson yang memilih untuk menjalani hidupnya
dengan selalu berduka dan menutup dirinya sendiri sejak kehilangan dua orang
yang paling disayanginya di dunia ini yaitu Jay Nicholson dan Ruben Nicholson.
Dia bahkan melupakan semua impiannya karena hal itu. Hidup Rory seolah hanya
berjalan di satu tempat dan tidak memiliki tujuan hidupnya.
Liam pertama kali melihat Rory saat di studio Network Eleven-- tempat dia bekerja untuk mengisi acara
memasak andalannya yang bernama Liam Cook, disana Rory bekerja sebagai salah
satu pengisi acara tetap yang bertugas untuk menghibur anak-anak yang bertajuk
FUN-TASTIC. Rory yang selalu menampilkan senyum dan tawa dihadapan anak-anak
ternyata menyimpan luka di dalam hatinya dan hal itulah yang membuat Liam
penasaran dengan sosok seorang Rory. Rasa penasaran itu membuatnya mengunjungi
Rory di Klink—sebuah Kafe tepat Rory bekerja paruh waktu disana.
Karena suatu kejadian mereka saling mengenal dan menjadi teman, mereka
bahkan melakukan perjalanan kuliner bersama-sama dan menikmati berbagai macam
makanan. Lambat laun, Rory dan Liam mulai saling terbuka dengan kehidupan masing-masing
di masa lalunya. Tentang kehilangan orang-orang yang sangat dan disukai bahkan
bercerita mengenai hal yang tidak disukai dan disukai.
Mereka menjadi semakin dekat hingga tak sadar ada saling ketertarikan
diantara keduanya. Namun masa lalu kembali mengikat keduanya dan ragu untuk
menatap ke depan. Bagaimanakah kelanjutan kisah Liam dan Rory selanjutnya?
Semuanya bisa dibaca di dalam novel ketiga belas Winna Efendi berjudul Some
Kind of Wonderful
***
Untuk pertama kalinya aku membaca novel Winna Efendi dengan genre
Metropop karena biasanya Winna selalu menampilkan genre novel khas remaja yang
sarat akan makna. Namun kali ini berbeda, dan aku cukup menikmatinya. Seperti
karya Winna sebelumnya tema yang diangkat dalam novel ini tentang Kehilangan,
keluarga, dan bagaimana menemukan kembali namun konteksnya jauh lebih berat dan
kelam. Gaya penulisannya masih khas Winna banget
dan mudah dicerna seperti novel-novel karya sebelumnya. Setiap kata-kata
yang disampaikan ngena dan tanpa maksud menggurui, dan juga yang paling penting
quotable banget.
“Dunia berada di bawah
telapak kakimu. Semoga kau menjejakkan langkah pada setiap bagiannya, dan hidup
dengan sebaik-baiknya.” (hal. 319)
“Semasa muda, kita
punya kebebasan untuk memimpikan apa yang kita inginkan, tanpa batasan, tanpa
alasan, tanpa macam-macam pertimbangan. Makanya kadang impian di masa kecil
justru lebih jujur jika dibandingkan ambisi-ambisi kita setelah dewasa. Mereka
merefleksikan apa yang benar-benar kita inginkan, dari lubuk yang paling
dalam.” (hal. 316-317)
“Kekuatan bukan
dilihat dari seberapa sedikit air mata yang diteteskan, atau dari seberapa
banyak kau pernah merasa goyah. Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap
bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan
adalah hidup. Kekuatan datang dari senyuman mereka yang bersedih, dari
orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun telah kehilangan segalanya
namun tetap bertahan.” (hal. 303)
“Bisa bertemu dengan
belahan jiwa dan menyadarinya itu adalah sebuah berkah. Tapi untuk mendapatkan
kesempatan kedua setelah kehilangan semuanya adalah keajaiban. Nggak semua
orang seberuntung itu.” (hal. 290)
Aku selalu suka deskripsi tempat yang dipaparkan oleh Winna, dia
menggambarkan kota Sydney dengan rinci dan indah, juga yang membuatku kagum
adalah penggunaan deskripsi tiap makanan dan jajanan yang ada di dalam novel,
hei itu benar-benar bikin aku lapar dan ingin mencoba memakannya. Winna juga menggunakan dua sudut
pandang pertama yaitu dari Liam dan juga dari Rory dengan memberikan font yang
berbeda sehingga kita bisa membedakan mana yang dari Liam POV dan Rory POV.
Karakter-karakternya tidak semuanya lovable, aku menyukai Daphne dan Angelo
serta Pasangan suami Istri pemilik Homey—Stan juga Julie yang menjadi tokoh
pendukung namun memberikan andil yang penting untuk kemajuan cerita.
Dan Rory, at first I kinda hate
her tapi lambat laun aku mengerti bagaimana rasanya kehilangan orang yang
disayanginya. Jujur saja aku pernah berada dalam kondisi seperti dirinya namun
tidak sampai seduka yang dialami. Aku juga sangat suka perkembangan dari tokoh
utama dari yang benar terpuruk hingga mampu bangkit dan melangkah ke depan.
Plotnya rapi hingga tidak ada yang terasa mengganjal yang perlu dijelaskan
lagi.
Kekurangan dari novel ini adalah typo.
Aku tidak tau apakah penggunaan “[-]” yang
memisahkan kata merupakan salah satu EYD atau berada dalam KBBI, jika benar aku tidak
mempermasalahkannya namun jika tidak itu cukup mengganggu. Aku menemui hal
serupa dalam novel ini bahkan lebih dari lima kali. Aku memang mempermasalahkan
Typo, aku bisa mentolerir adanya satu atau dua typo tapi kalau melebihi itu
jujur saja aku tidak begitu menyukainya.
Dan, ada suatu paragraf dalam cerita yang membuatku gagal paham
maksudnya atau memang aku sendiri yang gak ngerti....
“Ketika meninggalkan
gedung apartemen itu, aku melihat tirai jendela unit nomer enam di lantai
delapan tersibak sedikit, dengan siluet
seseorang di baliknya. Tak lama kemudian, lampunya berubah gelap. Aku berlalu
dengan senyum di wajahku.” (Hal.181)
Rada parno juga baca bagian itu meski aku sendiri gak mau bayangin
yang tidak-tidak. Hahaha *abaikan
Akhir kata, terlepas dari ke-typo-annya yang mengurangi keindahan di
dalam novel ini ada banyak hal yang bisa dipetik dari kisah Rory dan Liam,
penyesalan terkadang datangnya selalu terlambat namun kita masih punya banyak
kesempatan untuk memperbaikinya. Empat bintang
untuk novel Kak Winna yang kece ini J
“Keluarga tidak hanya
terdiri atas orang-orang yang sedarah, Liam. Orang yang menganggap satu sama
lain keluarga pun memilikinya.” (Hal. 218)
0 comments:
Posting Komentar