Kamis, 23 Maret 2017

, ,

[RESENSI BUKU] Some Kind of Wonderful oleh Winna Efendi




Identitas Buku
Judul Buku        : Some Kind of Wonderful
Penulis                : Winna Efendi
Penyunting        : Hetih Rusli
Desain Sampul  : Sofiani
Tebal Halaman : 360 Halaman
Penerbit             : PT. Gramedia Pustaka Utama

Sinopsis
Liam Kendrick dan Rory Handitama memahami arti kehilangan. Liam pergi ke Sydney dengan dalih menggapai impian sebagai koki, walau alasan sebenarnya untuk menghindari cinta pertama yang bertepuk sebelah tangan. Di lain pihak, Rory sedang berusaha menata kehidupannya setelah suatu insiden membuatnya kehilangan orang-orang yang disayanginya, dan melepaskan impiannya sendiri sebagai pemusik.
Keduanya paham arti berduka, meski belum mengerti caranya. Kesedihan dan kesepian mendekatkan Liam dan Rory sampai akhirnya ada rasa lain yang menyusup. Saat perasaan sudah tak terelakkan, Liam dan Rory terjebak keraguan dan rasa lama masih terlalu kuat untuk dilupakan. Dapatkah dua orang yang pernah mencintai orang lain dengan segenap hati menyisakan ruang bagi satu sama lain?

Ulasan
Novel ini bercerita mengenai seorang Celebrity Chef terkenal di Sydney bernama asli William Sutjiawan a.k.a Liam Kendrick  yang melarikan diri dari tempat kelahirannya untuk mengejar impiannya sebagai koki dan juga cinta pertamanya sekaligus sahabat sejak kecilnya yang bernama Wendy yang akan segera melangsungkan pernikahan dengan adik tirinya sendiri bernama Willem Sutjiawan. Di satu sisi ada Aurora Handitama a.k.a Rory Nicholson yang memilih untuk menjalani hidupnya dengan selalu berduka dan menutup dirinya sendiri sejak kehilangan dua orang yang paling disayanginya di dunia ini yaitu Jay Nicholson dan Ruben Nicholson. Dia bahkan melupakan semua impiannya karena hal itu. Hidup Rory seolah hanya berjalan di satu tempat dan tidak memiliki tujuan hidupnya.
Liam pertama kali melihat Rory saat di studio Network Eleven--  tempat dia bekerja untuk mengisi acara memasak andalannya yang bernama Liam Cook, disana Rory bekerja sebagai salah satu pengisi acara tetap yang bertugas untuk menghibur anak-anak yang bertajuk FUN-TASTIC. Rory yang selalu menampilkan senyum dan tawa dihadapan anak-anak ternyata menyimpan luka di dalam hatinya dan hal itulah yang membuat Liam penasaran dengan sosok seorang Rory. Rasa penasaran itu membuatnya mengunjungi Rory di Klink—sebuah Kafe tepat Rory bekerja paruh waktu disana.
Karena suatu kejadian mereka saling mengenal dan menjadi teman, mereka bahkan melakukan perjalanan kuliner bersama-sama dan menikmati berbagai macam makanan. Lambat laun, Rory dan Liam mulai saling terbuka dengan kehidupan masing-masing di masa lalunya. Tentang kehilangan orang-orang yang sangat dan disukai bahkan bercerita mengenai hal yang tidak disukai dan disukai.
Mereka menjadi semakin dekat hingga tak sadar ada saling ketertarikan diantara keduanya. Namun masa lalu kembali mengikat keduanya dan ragu untuk menatap ke depan. Bagaimanakah kelanjutan kisah Liam dan Rory selanjutnya? Semuanya bisa dibaca di dalam novel ketiga belas Winna Efendi berjudul Some Kind of Wonderful

***

Untuk pertama kalinya aku membaca novel Winna Efendi dengan genre Metropop karena biasanya Winna selalu menampilkan genre novel khas remaja yang sarat akan makna. Namun kali ini berbeda, dan aku cukup menikmatinya. Seperti karya Winna sebelumnya tema yang diangkat dalam novel ini tentang Kehilangan, keluarga, dan bagaimana menemukan kembali namun konteksnya jauh lebih berat dan kelam. Gaya penulisannya masih khas Winna banget dan mudah dicerna seperti novel-novel karya sebelumnya. Setiap kata-kata yang disampaikan ngena dan tanpa maksud menggurui, dan juga yang paling penting quotable banget.

Dunia berada di bawah telapak kakimu. Semoga kau menjejakkan langkah pada setiap bagiannya, dan hidup dengan sebaik-baiknya.” (hal. 319)

“Semasa muda, kita punya kebebasan untuk memimpikan apa yang kita inginkan, tanpa batasan, tanpa alasan, tanpa macam-macam pertimbangan. Makanya kadang impian di masa kecil justru lebih jujur jika dibandingkan ambisi-ambisi kita setelah dewasa. Mereka merefleksikan apa yang benar-benar kita inginkan, dari lubuk yang paling dalam.” (hal. 316-317)

“Kekuatan bukan dilihat dari seberapa sedikit air mata yang diteteskan, atau dari seberapa banyak kau pernah merasa goyah. Kekuatan ada pada diri orang-orang yang tetap bangun dan menjalani setiap hari meski hal terakhir yang ingin mereka lakukan adalah hidup. Kekuatan datang dari senyuman mereka yang bersedih, dari orang-orang yang telah kehilangan segalanya namun telah kehilangan segalanya namun tetap bertahan.” (hal. 303)

“Bisa bertemu dengan belahan jiwa dan menyadarinya itu adalah sebuah berkah. Tapi untuk mendapatkan kesempatan kedua setelah kehilangan semuanya adalah keajaiban. Nggak semua orang seberuntung itu.” (hal. 290)

Aku selalu suka deskripsi tempat yang dipaparkan oleh Winna, dia menggambarkan kota Sydney dengan rinci dan indah, juga yang membuatku kagum adalah penggunaan deskripsi tiap makanan dan jajanan yang ada di dalam novel, hei itu benar-benar bikin aku lapar dan ingin mencoba  memakannya. Winna juga menggunakan dua sudut pandang pertama yaitu dari Liam dan juga dari Rory dengan memberikan font yang berbeda sehingga kita bisa membedakan mana yang dari Liam POV dan Rory POV. Karakter-karakternya tidak semuanya lovable, aku menyukai Daphne dan Angelo serta Pasangan suami Istri pemilik Homey—Stan juga Julie yang menjadi tokoh pendukung namun memberikan andil yang penting untuk kemajuan cerita.
Dan Rory, at first I kinda hate her tapi lambat laun aku mengerti bagaimana rasanya kehilangan orang yang disayanginya. Jujur saja aku pernah berada dalam kondisi seperti dirinya namun tidak sampai seduka yang dialami. Aku juga sangat suka perkembangan dari tokoh utama dari yang benar terpuruk hingga mampu bangkit dan melangkah ke depan. Plotnya rapi hingga tidak ada yang terasa mengganjal yang perlu dijelaskan lagi.
Kekurangan dari novel ini adalah typo. Aku tidak tau apakah penggunaan “[-]” yang memisahkan kata merupakan salah satu EYD atau berada dalam KBBI, jika benar aku tidak mempermasalahkannya namun jika tidak itu cukup mengganggu. Aku menemui hal serupa dalam novel ini bahkan lebih dari lima kali. Aku memang mempermasalahkan Typo, aku bisa mentolerir adanya satu atau dua typo tapi kalau melebihi itu jujur saja aku tidak begitu menyukainya.
Dan, ada suatu paragraf dalam cerita yang membuatku gagal paham maksudnya atau memang aku sendiri yang gak ngerti....

“Ketika meninggalkan gedung apartemen itu, aku melihat tirai jendela unit nomer enam di lantai delapan tersibak sedikit, dengan siluet seseorang di baliknya. Tak lama kemudian, lampunya berubah gelap. Aku berlalu dengan senyum di wajahku.” (Hal.181)

Rada parno juga baca bagian itu meski aku sendiri gak mau bayangin yang tidak-tidak.  Hahaha *abaikan
Akhir kata, terlepas dari ke-typo-annya yang mengurangi keindahan di dalam novel ini ada banyak hal yang bisa dipetik dari kisah Rory dan Liam, penyesalan terkadang datangnya selalu terlambat namun kita masih punya banyak kesempatan untuk memperbaikinya. Empat bintang untuk novel Kak Winna yang kece ini J


Keluarga tidak hanya terdiri atas orang-orang yang sedarah, Liam. Orang yang menganggap satu sama lain keluarga pun memilikinya.” (Hal. 218)



Location: Pamekasan Regency, East Java, Indonesia

0 comments:

Posting Komentar