Jumat, 13 Maret 2015

,

Aku merindukanmu, Otou-san

Pada hari Jum'at tanggal 17 Januari 2014 adalah hari yang tak akan pernah aku lupakan seumur hidupku. Hari dimana sosok lelaki yang paling aku sayangi di dunia ini telah meninggalkanku secara mendadak. Aku tak akan pernah melupakannya kala bendera hijau bertuliskan arab "innalillahiwainnailaihirajiun" berkibar di pagar rumahku, aku tidak akan pernah melupakan kala dirimu telah terbujur kaku dalam keranda di teras rumah. Hatiku benar-benar hancur, aku tidak bisa menerima keputusan tuhanku (ALLAH S.W.T) mengambil penyangga hidupku itu. 

Aku masih ingat kejadian itu, saat itu aku sedang menjalankan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di daerah Sampang desa Sokobanah Daya. Kala itu, saat aku menyelesaikan waktu subuhku entah kenapa perasaanku seolah - olah begitu merindukan keluargaku yang berada di Pamekasan. Akupun membuat semacam postingan di Line dengan tulisan, "Otou-san, Okaa-san, Imouto-chan aitakatta." dan sepertinya itu sebuah firasat bahwa hari itu adalah hari yang tak akan pernah aku lupakan seumur hidupku. Pagi hari, tepatnya pukul 08.30 wib aku mendapatkan sebuah telepon dari saudara sepupuku. Mengatakan bahwa aku harus segera pulang ke Pamekasan dan akan dijemput. Aku tak tau alasan sebenarnya yang terjadi, dia hanya mengatakan bahwa Bapakku sakit dan ada di rumah sakit. Beliau ingin bertemu denganku. Perasaanku benar-benar tidak enak, pikiranku kacau tak karuan, aku menangis. Temanku yang selaku ketua kelompok mengizinkan aku untuk pulang setelah dia mendapatkan telepon dari sepupuku. Sepertinya mereka tau apa yang terjadi namun sengaja untuk tidak memberitahukannya dikarenakan memikirkan keadaanku yang sangat kacau. Akupun pulang bersama salah seorang saudaraku dan teman kerja Bapakku. Di perjalanan pikiranku sama sekali tidak tenang, aku memikirkan keadaan Bapakku. Membayangkan saat aku sampai di rumah sakit aku akan menangis di pelukannya dan memarahinya karena tidak menjaga kesehatannya. Aku pasti akan memarahinya. Begitulah pikiranku.

Namun keanehan mulai muncul saat mobil yang kukendarai tidak melaju ke arah jalan rumah sakit tapi melaju ke arah jalan rumahku. Pikiran jelek mulai menghantuiku, dan kala melihat kerumunan orang yang berada di rumahku aku tidak bisa menahan semuanya. 'Ini tidak mungkin. Ini tidak mungkin.' gumamku dalam keadaan setengah tak percaya. Pertahanankupun runtuh seketika. Aku meraung-raung layaknya orang gila melihat sebuah keranda berada di teras rumahku. Berharap apa yang terjadi pada hari itu hanyalah sebuah mimpi belaka. Beliau tidak bisa meninggalkan aku yang selangkah lagi mampu membuatnya bangga dengan menepati salah satu janjiku. Aku masih mengingat jelas seminggu yang lalu sebelum kejadian beliau dan keluargaku datang ke tempat KKN untuk menjengukku, membawakan semua yang aku pinta dan beliau berjanji untuk mengunjungiku kembali di minggu berikutnya. Namun janji itu tak pernah bisa beliau tepati, beliau pergi meninggalkanku kala aku masih haus akan kasih sayangnya. Pesan terakhir yang dikirimkan semalam sebelum kepergiannya masih terasa hangat diingatakanku, mengatakan 'apakah aku betah disana?' dan aku menjawabnya dengan pesan yang singkat pula. Aku juga ingat kala terakhir aku marah sama beliau, ngambek sama beliau karena keegoisanku dan sampai sekarang aku begitu menyesalinya karena aku tak sempat meminta maaf kepada beliau.

"Maafkan anakmu yang kurang ajar ini, Bapak. Maaf kalau selalu ngambek. Maaf kalau anakmu ini selalu bersikap egois dan tak pernah bisa memahami bahwa beban yang engkau pikul jauh lebih besar ketimbang diriku. Maaf kalau selama ini selalu membuatmu khawatir karena ketidakmandirianku. Maafkan aku, Bapak kalau aku masih belum mampu memenuhi pintamu."

Andai waktu bisa kuputar kembali, andai aku tau bahwa pertemuanku dengan beliau adalah yang terakhir, akan kukatakan permohonan maafku. Namun kata maaf itu hanya bisa kuucapkan dalam do'aku. Aku merindukanmu, Pakk... Pahlawanku yang selalu setia menjadi teman kencanku di malam minggu, yang selalu setia menemaniku kemanapun, yang selalu berusaha memenuhi semua keinginanku yang egois, yang selalu memberikan lawakan garing dan terkadang membuatku malu sendiri. Aku merindukanmu...

Kini lebih dari setahun semenjak kepergian beliau, semua ingatanku tentang beliau masih terasa hangat. Aku tak akan pernah lupa semuanya. Aku tak akan pernah lupa pintanya kepadaku. Selamat jalan lelaki favoritku di dunia... Tenanglah engkau disana... Tenanglah engkau disisiNya... Janganlah engkau khawatirkan kami... Kami akan baik-baik saja walau kenyataannya kehidupan kami terasa berat begitu engkau tiada... Tidak apa-apa, karena aku tau ini adalah salah satu bentuk kasih sayangNya kepada kami :') Allah, tolong jaga beliau disana yah... Tolong sampaikan sejuta rinduku untuknya... :')

"In memoriam"
 Mujiono bin Kastubo ,ST., MT
Madiun, 10 Oktober 1960 - 17 Januari 2014
Celebrated my sister's 16th birthday with Otou-san to Okaa-san :')
October 1st 2012
Ahh, ini kue ultah pertamaku di umur 21 tahun.
Seumur hidup ini kue pertama yang beliau kasih untukku.
August 19th 2013

Mom's birthday on April 06th 2012

Location: Surabaya, Sawahan, Surabaya City, East Java, Indonesia

0 comments: