Kamis, 09 April 2015

, , , ,

Confession Rehearsal Novel [Bahasa Indonesia 'Bab 2']

Yahoo~ kembali lagi dengan saya setelah beberapa hari menghilang. Kali ini saya kembali dengan membawa updetan terjemahan novel Confession Rehearsal Chapter 2 atau Bab 2. Hehe. Butuh perjuangan juga nerjemahin sambil ngedit beberapa kesalahan karena kemampuan menerjemahkan saya yang masih 'amatir' banget. Mohon maaf jika terdapat beberapa kalimat yang terkesan rancu dan susah dimengerti. Kedepannya pasti akan diperbaiki agar jauh lebih baik. Chapter 3 atau Bab 3 sedang proses penerjemahan^^
Untuk yang belum membaca Chapter 1 atau Bab 1-nya bisa dibaca disini :) Akhir kata terima kasih sudah bersedia meluangkan waktunya untuk membaca terjemahan Bahasa Indonesia Novel Cofession Rehearsal saya ini. Happy Reading ^^ 

Confession Rehearsal Novel Bahasa Indonesia
Bab 2


---


Setoguchi Yuu 
Tanggal Lahir : 
Zodiac : Cancer
Golongan Darah : AB

Teman masa kecil Natsuki. Berada di Klub Penelitian Film. Orang yang baik dan populer di kelas. Punya seorang adik perempuan.

Latihan 2
Hari kedua setelah latihan pengakuan cinta, Natsuki mulai menatap kalender di kamarnya. 
Apa yang kulakukan? Tidak peduli berapa banyakpun aku memeriksanya, ini hari Sabtu....
Dia tau kalau dia cuma bercanda. Tentu saja dia benar – benar tau ini hari apa. Sebaliknya, dia tidak akan menggambar manga hingga malam.
Tapi ketika menghadapi hal seperti ini lagi, dia tidak bisa untuk tidak khawatir.
Latihan ataupun tidak, ini adalah akhir pekan pertama setelah dia melakukan pengakuan cinta.
Membuka tirai jendela kamarnya, dia bisa melihat kamar Yuu di lantai kedua rumah sebelah.
Karena mereka tinggal bersebelahan satu sama lain, dan ibu mereka juga teman baik, mereka sering berkunjung ke rumah lainnya sejak mereka masih kecil.
Hal ini terus berlanjut bahkan setelah mereka masuk SMA, dan sudah menjadi kebiasaan untuk keluar bersama – sama selama akhir pekan di salah satu rumah mereka. Natsuki selalu pergi dengan dalih meminta Yuu untuk membantunya belajar.
Ini tidak seperti aku mengatakan sesuatu seperti, “Aku datang karena aku ingin melihatmu.’”
Natsuki mendesah, dan mengambil lembar kerja matematikanya yang terletak di tepi mejanya.
“Yaaahh, sepertinya aku akan pergi.”

♥ ♥ ♥ ♥ ♥

Walaupun dia datang dengan penuh semangat, sayangnya, Yuu tidak ada di rumah.
Dengan perasaan yang bercampur lega dan kecewa, Natsuki terpaksa tertawa.
“Begitu… Kalau begitu aku akan pulang.”
“Ehh--? Aku pikir dia akan segera kembali, jadi ayo kita main sembari menunggunya,”
Perempuan yang berkata sambil menggembungkan mulutnya itu adalah adik perempuan Yuu, Hina.
Dia satu tingkat dengan adik laki – laki Natsuki, kelas satu SMA, tapi dia terlalu manis sebagai seorang perempuan. Dia merajuk seperti seorang kucing yang ingin segera bermain dan tingkahnya itu membangkitkan suasana hati Natsuki yang buruk.
“Tentu. Ingin meningkatkan level? Atau mode pertempuran?
“Dua – duanya.”
Saat Hina tersenyum dengan polosnya, dia merasa sedikit gugup.
Setiap kali dia tersenyum gembira dengan matanya yang terkulai, wajah Yuu akan muncul dipikirannya.
Karena mereka bersaudara, wajar saja kalau mereka terlihat mirip, tapi…..
Tidak hanya karakter fisik mereka saja, mereka punya kesamaan lainnya, juga.
“Nacchan, terjadi sesuatu antara kau dan kakakku?”
Hina ada di tengah kamar Yuu ketika tiba – tiba dia berbalik pada Natsuki.
Natsuki, yang mengikutinya dari belakang, kaget dengan pertanyaan yang tiba – tiba itu. 
Setidaknya aku menganggap yang dia katakan itu sebagai pernyataan, dan bukan pertanyaan, kan!?’
Cara Hina menatap lurus kearahnya dengan mata yang serius membuatnya tidak nyaman.
“Apa reaksi itu artinya aku benar?”
“Uh, um, ya…..”
Saat Natsuki bingung, raut wajah Hina terlihat dewasa.
“Hmm---? Ya, jika kau tidak ingin mengatakannya padaku, tidak masalah, juga,”
Dia menghentikan pembicaraan itu tanpa basa – basi dan melihat punggung kecilnya menuju Natsuki.
Perkataannya benar, Hina tidak menanyakannya lagi. 
Ketika Natsuki menatapnya diam – diam yang sedang mengatur sistem permainan, dia mendadak gelisah.
Hina-chan mengatakan itu karena khawatir, kan…..?’ 
Ada kemungkinan bahwa dia mendengar sesuatu dari Yuu, juga. Tidak, dari apa yang dia tau dari kepribadian teman kecilnya itu, dia mungkin tidak akan mengatakan apapun tentang latihan pengakuan cinta itu. Tetapi bahkan jika Hina mengatakan bahwa telah terjadi sesuatu antara mereka berdua, yang dia maksud kemungkinan perubahan sikap Yuu yang berbeda dari biasanya. “…..Um… hei, Hina-chan….?”
“Jika itu kamu, aku tidak masalah.”
“Eh?”
Karena pembicaraan tadi dianggap selesai, dia tidak bisa menangkap maksud dari perkataan Hina. 
Hina berbalik dengan menggenggam controller di tangannya sebelum membuka suara.
“Jika itu kau, aku tidak masalah menyerahkan kakakku, Nacchan.”
Mata Hina bersinar dengan kilauan serius yang tak seperti biasanya.
Hina sama sekali tidak terlihat sedang bercanda.
Tubuh Natsuki menegak, dan bertanya ragu – ragu.
“Apa maksudmu dengan ‘menyerahkan’….?”
“Dia mudah murung, dan terkadang dia cukup tegas, tapi dia baik, dan tidak jelek, juga. Mungkin aku mengatakan ini karena aku adalah adiknya, tapi aku akan bilang kalau dia cukup ideal!”
“Eh…..”
Setelah menyadari maksud dari perkataan Hina, wajah Natsuki memucat.
Tunggu, jika dia mengatakan semua ini sekarang, lalu ini artinya dia tau tentang perasaanku pada Yuu!?’’
Dia sadar karena dia tidak pernah menceritakan hal ini pada Hina sebelumnya.
Benar jika mereka sangatlah akrab layaknya saudara sendiri, tapi itulah yang membuatnya susah mengatakan seperti, “Hina-chan, kau tau, aku menyukai kakakmu.”
Natsuki yang sedang duduk disana, membatu, Hina bahkan mengatakan sesuatu yang lebih mengejutkan.
“Atau apakah Koyuki-senpai lebih mendekati tipemu?”
“’Ti-tipe’….?”
Menyadari kemana arah pembicaraan ini, yang dia maksud mungkin tipe seseorang yang dia sukai.
Menghadapi pertanyaan yang terduga ini, Natsuki hanya bisa membuka dan menutup mulutnya seperti seekor ikan emas.
“Bahkan semua murid kelas satu membicarakan betapa kerennya dia. Pada situasi ini, seseorang mungkin akan segera menyerang, tidakkah kau berpikir begitu?”
“Me-menyerang!? 
“Maksudku, seseorang mungkin akan melakukan pengakuan cinta.”
Hina tersenyum pahit dan mengangkat bahunya. 
Sekali lagi, Natsuki dibuat terkesan dengan kedewasan sikap Hina itu.
“…….Meskipun Koyuki-senpai selalu keren, dan baik, juga.”
Hina tiba – tiba bergumam.
Gumaman pelan itu membuat Natsuki berpikir mungkin dia salah salah dengar.
Ketika dia berada di persimpangan antara memutuskan apakah meminta atau tidak memintanya untuk mengulang apa yang dia katakan, Hina berbicara terlebih dahulu,
“Hei, Nacchan.”
“Aku yakin kau pasti bertanya – tanya bagaimana aku tau kau menyukai kakakku, kan?”
“Ehh!? Hina-chan, kau bisa membaca pikiran?”
Natsuki kaget, dan Hina menahan tawa. Dia menjatuhkan controller yang dia pegang, dan kemudian terjatuh di atas lantai, juga.
“N-Nacchan, kau lucu!”
“Hina-chaaaan, berhenti tertawa dan jawab akuuuu!”
Natsuki protes, hampir menangis, memperlihatkan rasa bersalahnya, Hina menggoyang – goyangkan kakinya.
Sembari menghapus air mata di sudut matanya, dia mulai menjelaskan semuanya.
“Karena kau begitu jujur, terlihat jelas hanya dari melihatmu.”
“Be-benarkah? Lalu…. Apa itu artinya Yuu…..”
“Aku tidak berpikir begitu. Lagipula Kakakku cukup bodoh ketika berurusan dengan apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya.”
Sebaliknya, Hina blak – blakan ketika dia membuat pemikiran setajam ini.
Sekarang dia menyebutkannya, hal – hal yang dikatakan Hina mulai dicocokkan di dalam pikiran Natsuki.
Yuu punya kebiasaan memprioritaskan kepentingan orang lain dibandingkan dengan dirinya sendiri, itu wajar baginya.
Mungkin itu disebabkan karena dia tidak bisa melepaskan peran seorang “Kakak”. Bahkan ketika dia tidak di rumah sekalipun. Sepintas, Haruki, tipe menggertak, bertingkah jauh melebihi seorang kakak, tapi Yuu lah yang memastikan segalanya terselesaikan kapanpun itu terjadi di kegiatan klub dan lainnya.
Meskipun suasananya sedang intens, seperti yang Hina sebutkan, dia bisa menjadi tidak sensitif mengenai bagaimana pemikiran orang lain tentang dirinya.
Apa ini karena aku juga saudara tertua sehingga aku tidak bisa meninggalkannya sendiri?’
Tenggelam dalam pemikirannya, dia lalu menyadari bahwa dia sedang diperhatikan.
Melirik, dia menahan nafas dan bertemu dengan mata Hina, yang melihat lurus ke arahnya. Meskipun semua sudah dikatakan, dia mungkin ingin mengetahui reaksi Natsuki.
“……Hina-chan, kau sudah dewasa yah.”
“Iya kan~? Lagipula, sekarang aku sudah SMA!”
Cara dia membusungkan dadanya dengan bangga sangat imut, tidak ada pertanyaan mengenai itu, dan tak bisa menahannya, Natsuki memeluknya dengan erat.
“Wow! Hina-chan, kau sangat imuuut!”
“Nacchan, geli~!”
Ketika suara gembira menggema di seluruh ruangan, pintu tiba – tiba terbuka tanpa diketuk.
Hanya ada satu orang yang bisa melakukan hal seperti itu.
“Apa yang sedang kalian berdua lakukan dia kamar orang lain….”
Disana, sang pemilik ruangan berdiri, Yuu, dengan pandangan heran di wajahnya.
“Onii-chan! Selamat datang!”
Mengikuti Hina, Natsuki juga melambai padanya,
“Selamat datang~ Kau terlambat! Dari mana saja?”
“Apa ada masalah?”
Cara bermanuvernya begitu terampil dengan melewati keduanya yang duduk di atas lantai, dia menuju meja yang ada di belakang ruangan.
Ditangannya, dia memegang tas belanjaan dari toko buku besar di jalan menuju stasiun. Itu sedikit terlalu tebal untuk sebuah majalah, jadi kemungkinan dia membeli buku referensi lainnya.
Sekarang aku sadar, ibunya bilang bahwa dia akan mengambil kelas musim panas.’
Natsuki mendengarnya ketika ibunya dan ibu Yuu mengobrol di ruang tamu mereka, hari setelah adiknya, yang masih kelas satu, membual tentang perkemahan musim panasnya. Walaupun Yuu jarang menunjukkan sisi rajin di hadapannya, dia kelihatannya serius belajar untuk ujian masuk universitas.
“Apa tidak apa-apa bagimu untuk membuang – buang waktu disini di akhir pekan?”
Ketika dia meletakkan tas kertas dan dompetnya di meja, Yuu mengatakannya dengan nada bercanda.
Natsuki memiringkan kepalanya bingung saat ditanya tiba – tiba begitu.
“Tapi kau pengecualian. Dan ngomonng – ngomong, bukankah aku selalu kemari saat akhir pekan?”
“…..Terserahlah,”
Seolah malu dengan pertanyaannya sendiri, Yuu membalas dengan gumaman.
Dari samping, wajahnya tampak sedikit memerah, tapi mungkin itu dikarenakan dia kembali dari luar yang udaranya cukup dingin. Natsuki memutuskan menatap kearah luar dan meresponnya dengan sedikit tertawa.
“Jadi, apa yang membuatmu datang kemari hari ini?”
Yuu berbalik lagi, dan bertanya sambil berdiri dengan sikap yang mengesankan.
“Aku pikir kamu mungkin bisa membantuku mengerjakan tugasku,”
Ketika Natsuki tertawa kikuk, Yuu dan Hina terdengar kaget bersamaan.
“Jadi, tidak untuk bermain…”
“Bukan untuk bermain?”
“Kalian mengatakannya secara bersamaan! Tidak, tentu saja tidak!!”
Kata – kata protes itu keluar dari tenggorokannya, tapi dia khawatir jawabannya itu sesuatu yang biasa saja, seperti ”Ya,” Jadi dia memutuskan untuk menahannya.
Tapi ketika dia benar – benar memikirkannya, dia merasa bahwa setengah jam dia berada di kamar Yuu, dia selalu menggenggam controller game , daripada menggenggam semacam alat tulis dan lainnya.
Ini artinya, aku harus membuktikan padanya…!’
Natsuki mengambil buku tugas matematika yang benar – benar dilupakannya itu, dan menyerahkan padanya sebagai bahan bukti.
“Lihat! Hanya satu soal yang selesai, kan?”
“Ya, jangan membual. Aku ini apa, semacam tempat untuk pelarian?”
Tersenyum masam, Yuu meraih meja lipat. Terlepas dari apa yang dia katakan, tampaknya dia bersedia untuk membantunya lagi hari ini.
Natsuki mengambil perlengkapan sekolahnya, dan Hina juga berdiri untuk membuat ruang.
“Ya, aku akan meninggalkan kalian berdua sendiri sekarang,”
Hina tersenyum nakal, dan Natsuki merasakan udara dingin dari dalam.  
Wah, Jika mengatakan kata – kata seperti itu, Yuu pasti akan menyadari sesuatu…
Dia melirik Yuu takut – takut, tapi tidak seperti yang disangkakan, dia hanya tersenyum lebar.
“Apa kau tidak ingin mengerjakan tugas bersama kami, juga?”
“….Onii-chan, di saat seperti ini, kau akan berjuang untuk hidupmu.”
“Hah? Bukankah seharusnya itu terdengar seperti sebuah ramalan?”
Tidak bisa untuk tidak setuju dengan apa yang Hina maksud, Natsuki hanya bisa tertawa.
                                 
♥ ♥ ♥ ♥ ♥

Setelah satu jam berlalu, hanya tersisa satu soal yang belum terselesaikan.
Natsuki berpikir ini akan menghabiskan waktu semalaman, tapi seperti biasa, Yuu adalah guru yang baik.
Bahkan Natsuki, yang benar – benar lemah di pelajaran matematika, bisa menyelesaikannya, benar – benar ajaib.
Dia pasti banyak belajar dari biasanya… ini artinya Yuu mungkin akan pergi kuliah, huh…
Natsuki juga belajar lebih keras saat liburan sekolah, tapi memiliki peringkat yang tinggi dari SMA itu sangat penting. Karena dia punya adik laki – laki yang dijadikan sebagai panutan, dia bertujuan unutk menjadi murid kehormatan dari hasil rekomendasi ujian masuk.
Yuu juga mengatakan bahwa dia bertujuan untuk masuk ke universitas umum/negeri karena beberapa alasan.
Apakah itu sekolah swasta ataupun umum/negeri, dia bilang dia ingin meninggalkan pilihan terbuka bagi Hina.
Meskipun kita tidak pernah membicarakannya, atau bahkan berpikir tentang hal semacam ini sebelumnya…
Namun, topik mengenai jalan karir mereka pasti akan tiba juga.
Adik kelas yang telah menyatakan pengakuan cinta pada Yuu, juga, pasti tertekan oleh fakta bahwa mereka tidak akan bisa bertemu satu lain lagi saat kelulusan di musim semi nanti. Mereka hanya bisa melihat satu sama lain secara pribadi setiap hari saat mereka masih SMA.
“….. Ngomong – ngomong, kau sudah dengar mengenai hal itu hari Senin?”
Yuu pasti sadar bahwa Natsuki kehilangan konsentrasi, dan memecah kesunyian dengan menanyakan hal ini.
Natsuki menarik buku tugasnya menandakan bahwa dia benar – benar berhenti menulis, dan meletakkan pensil mekaniknya.
“Maksudmu mengenai keinginan kami untuk menemui kalian di Klub Film? Aku dapat pesan dari Miou, tentang bagaimana kau sedang mencari seseorang untuk menggambar film baru atau sesuatu.”
Saat dia mulai berbicara lagi, Natsuki merasa suasana hatinya sedang menurun.
Natsuki juga menyukai film Haruki, dan sudah membantunya dengan banyak membuat properti beberapa kali di masa lalu.
Namun, kali ini  sepertinya mereka sedang mencari seseorang dengan skala yang lebih besar.
“…. Aku bertanya – tanya apakah aku harus pergi ke pertemuan….”
“Hm? Apakah kau sedang tidak enak badan?”
“Tidak, itu tidak kenapa… kalian mencari gambar yang akan menjadi kunci untuk film kalian, kan? Dalam hal ini, aku merasa orang seperi Akari dan Miou akan lebih mampu menggambarkannya,”
Natsuki memaksakan kata – kata itu demi menjaga kualitas kerja film itu sendiri, tapi kelihatannya Yuu tidak puas, dan hanya memiringkan kepalanya.
“Benar bahwa Hayasaka dan Aida menggambar dengan sangat baik, tapi kami bukanlah profesional, jadi kita tidak tau banyak mengenai tehnik atau nilai – nilai artistik. Kami hanya menginginkan sebuah gambar yang cocok dengan penggambaran dari sang tokoh utama perempuan, itu saja.”
Meskipun dia berkata dengan nada yang pelan, kata – kata Yuu membebaninya.
Lebih jauh, Natsuki sama sekali tidak membantahnya dan hanya bergumam pelan, “Begitu…” jawabannya.
“Dan ngomong – ngomong, aku suka gambarmu.” 
“……Eh?”
“Ketika kau menggambar orang, mereka terlihat benar – benar ekspresif, dan ketika kamu menggambar latar belakangnya, mereka terlihat berkilau, kau tau? Aku pikir itu bagus. Hanya dengan melihatnya saja membuatku bersemangat.”
“P-Pujianmu tidak beralasan.”
“Ayolah, jangan merendah. Tidak cuma sekarang aku memujimu, lagipula kita sudah lama saling kenal satu sama lain. 
Melihat begitu mudahnya Yuu tertawa, Natsuki sedikit menurunkan bibir bawahnya dan menunduk.
Jika dia tidak melakukan itu, dia mungkin akan mulai menangis. 
Dia mengatakan itu dengan begitu mudahnya, walaupun dia bisa menjadi tidak peka, tapi tetap saja bersikap baik disekitar orang….
Kata – kata Yuu yang selalu memberikannya kepercayaan diri.
Bahkan ketika Natsuki tidak bisa melihat hal yang baik dari dirinya, tapi Yuu pasti akan melihatnya.
Dan dia akan mengatakannya dengan jujur, dan memujinya.
“Kau menggambar komik, kan? Jangan hanya diperlihatkan ke Hina. Sekali – kali tunjukkanlah padaku juga.
Sebelum dia bisa mengucapkan terima kasihnya atas pujian Yuu yang sebelumnya, Yuu mengatakan sesuatu yang mengejutkan.
Menggangguk dengan polosnya, Natsuki kehilangan waktu untuk berpikir.
Aku senang dia memuji gambarku, tapi memperlihatkan komikku padanya semacam…
Jika dia ingin jadi professional, akan menjadi ide bagus untuk mulai menunjukkan komiknya pada orang – orang disekitarnya.
Berkat bantuan beberapa teman yang dikenalnya di internet, Natsuki sudah berani menunjukkan komiknya pada Hina, Miou, dan Akari, juga beberapa orang lainnya. Meskipun ada saat saran yang diberikan cukup kasar, mereka tidak bermaksud untuk membuatnya patah semangat, tapi mengatakan kepadanya betapa dia bisa meningkatkan karyanya lagi.
Meskipun, jika dia menunjukkannya pada Yuu, ceritanya pasti akan benar – benar berbeda. Bagian dari alasan tersebut karena komik yang dia gambar adalah shoujo, tapi sang tokoh utamanya mirip dengan “seseorang”. Dan bahkan jika dia tidak menyadari itu, Natsuki masih tidak akan bisa menunjukkannya. 
“…..Aku akan menunjukkannya beberapa nanti,”
Natsuki entah kenapa mampu membalasnya. Yuu tersenyum dan balik menjawab.
“Aku ingin segera melihat dan membacanya.”
Seperti yang diduga, laki – laki yang bisa membaca suasana benar – benar sesuatu sekali.
Dia begitu perhatian jika menyangkut hal – hal yang seperti ini, meskipun….
Ketika dia melihat senyuman Yuu yang seperti seorang kakak itu, Natsuki merasa sedikit ingin mengujinya ke arah yang lebih menjurus.
Dia mengambil nafas kecil untuk menyamarkan perasaannya, dan bertanya dengan santainya. 
“Hei. Jika… Jika aku punya pacar, apa yang akan kamu lakukan?”
“Well, ini tiba – tiba. Apa ini ada hubungannya dengan komikmu?”
“Siapa yang tahu?”
Natsuki terpaksa tertawa, dan Yuu menghela nafas seakan tidak bisa berbuat apa – apa.
“Yaa…. Sebagai teman latihanmu, aku harus mendukungmu, kan?”
“……nn”
Dia tau kalau ini adalah kesalahannya. Karena dia membuatnya terdengar seperti dia menyukai orang lain.
Disamping itu, Natsuki sangat terkejut hingga dia sulit bernafas.
Yuu kelihatannya tidak terlalu memperhatikan sikap diamnya Natsuki, dan mulai membaca buku referensi yang dibelinya tadi.
“Jika itu kamu, aku tidak masalah menyerahkan kakakku, Nacchan.”
Kata – kata Hina terngiang di kepalanya, dan Natsuki membalasnya dalam hati.
Mustahil baginya.
Tapi meski demikian, tidak bisa menyerah begitu saja, Natsuki mengatakannya pada Yuu, yang tidak melihat ke arahnya lagi. 
“Terima Kasih. Sangat melegakan saat aku tau kau akan ada untukku.”
Seakan terkejut dengan jawabannya yang lama dijawab, Yuu berhenti sejenak membuka halaman bukunya.
 “…..Berjuanglah.”
Walaupun dia tidak mengalihkan matanya pada buku referensinya, wajah Yuu terlihat ramah.
“Ya!” 
Kali ini Natsuki menjawabnya dengan ceria, dan berpura – pura tidak mendengar jeritan hatinya yang menangis kesakitan. 


Sumber 
Terjemahan Bahasa Inggris Bab 2 oleh Renna's Translation
Gambar oleh Sailorenna


Location: Kota Pamekasan, Kecamatan Pamekasan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, Indonesia

0 comments:

Posting Komentar