Kamis, 09 April 2015

, , , ,

Confession Rehearsal Novel [Bahasa Indonesia 'Bab 2']

Yahoo~ kembali lagi dengan saya setelah beberapa hari menghilang. Kali ini saya kembali dengan membawa updetan terjemahan novel Confession Rehearsal Chapter 2 atau Bab 2. Hehe. Butuh perjuangan juga nerjemahin sambil ngedit beberapa kesalahan karena kemampuan menerjemahkan saya yang masih 'amatir' banget. Mohon maaf jika terdapat beberapa kalimat yang terkesan rancu dan susah dimengerti. Kedepannya pasti akan diperbaiki agar jauh lebih baik. Chapter 3 atau Bab 3 sedang proses penerjemahan^^
Untuk yang belum membaca Chapter 1 atau Bab 1-nya bisa dibaca disini :) Akhir kata terima kasih sudah bersedia meluangkan waktunya untuk membaca terjemahan Bahasa Indonesia Novel Cofession Rehearsal saya ini. Happy Reading ^^ 

Confession Rehearsal Novel Bahasa Indonesia
Bab 2


---


Setoguchi Yuu 
Tanggal Lahir : 
Zodiac : Cancer
Golongan Darah : AB

Teman masa kecil Natsuki. Berada di Klub Penelitian Film. Orang yang baik dan populer di kelas. Punya seorang adik perempuan.

Latihan 2
Hari kedua setelah latihan pengakuan cinta, Natsuki mulai menatap kalender di kamarnya. 
Apa yang kulakukan? Tidak peduli berapa banyakpun aku memeriksanya, ini hari Sabtu....
Dia tau kalau dia cuma bercanda. Tentu saja dia benar – benar tau ini hari apa. Sebaliknya, dia tidak akan menggambar manga hingga malam.
Tapi ketika menghadapi hal seperti ini lagi, dia tidak bisa untuk tidak khawatir.
Latihan ataupun tidak, ini adalah akhir pekan pertama setelah dia melakukan pengakuan cinta.
Membuka tirai jendela kamarnya, dia bisa melihat kamar Yuu di lantai kedua rumah sebelah.
Karena mereka tinggal bersebelahan satu sama lain, dan ibu mereka juga teman baik, mereka sering berkunjung ke rumah lainnya sejak mereka masih kecil.
Hal ini terus berlanjut bahkan setelah mereka masuk SMA, dan sudah menjadi kebiasaan untuk keluar bersama – sama selama akhir pekan di salah satu rumah mereka. Natsuki selalu pergi dengan dalih meminta Yuu untuk membantunya belajar.
Ini tidak seperti aku mengatakan sesuatu seperti, “Aku datang karena aku ingin melihatmu.’”
Natsuki mendesah, dan mengambil lembar kerja matematikanya yang terletak di tepi mejanya.
“Yaaahh, sepertinya aku akan pergi.”

♥ ♥ ♥ ♥ ♥

Walaupun dia datang dengan penuh semangat, sayangnya, Yuu tidak ada di rumah.
Dengan perasaan yang bercampur lega dan kecewa, Natsuki terpaksa tertawa.
“Begitu… Kalau begitu aku akan pulang.”
“Ehh--? Aku pikir dia akan segera kembali, jadi ayo kita main sembari menunggunya,”
Perempuan yang berkata sambil menggembungkan mulutnya itu adalah adik perempuan Yuu, Hina.
Dia satu tingkat dengan adik laki – laki Natsuki, kelas satu SMA, tapi dia terlalu manis sebagai seorang perempuan. Dia merajuk seperti seorang kucing yang ingin segera bermain dan tingkahnya itu membangkitkan suasana hati Natsuki yang buruk.
“Tentu. Ingin meningkatkan level? Atau mode pertempuran?
“Dua – duanya.”
Saat Hina tersenyum dengan polosnya, dia merasa sedikit gugup.
Setiap kali dia tersenyum gembira dengan matanya yang terkulai, wajah Yuu akan muncul dipikirannya.
Karena mereka bersaudara, wajar saja kalau mereka terlihat mirip, tapi…..
Tidak hanya karakter fisik mereka saja, mereka punya kesamaan lainnya, juga.
“Nacchan, terjadi sesuatu antara kau dan kakakku?”
Hina ada di tengah kamar Yuu ketika tiba – tiba dia berbalik pada Natsuki.
Natsuki, yang mengikutinya dari belakang, kaget dengan pertanyaan yang tiba – tiba itu. 
Setidaknya aku menganggap yang dia katakan itu sebagai pernyataan, dan bukan pertanyaan, kan!?’
Cara Hina menatap lurus kearahnya dengan mata yang serius membuatnya tidak nyaman.
“Apa reaksi itu artinya aku benar?”
“Uh, um, ya…..”
Saat Natsuki bingung, raut wajah Hina terlihat dewasa.
“Hmm---? Ya, jika kau tidak ingin mengatakannya padaku, tidak masalah, juga,”
Dia menghentikan pembicaraan itu tanpa basa – basi dan melihat punggung kecilnya menuju Natsuki.
Perkataannya benar, Hina tidak menanyakannya lagi. 
Ketika Natsuki menatapnya diam – diam yang sedang mengatur sistem permainan, dia mendadak gelisah.
Hina-chan mengatakan itu karena khawatir, kan…..?’ 
Ada kemungkinan bahwa dia mendengar sesuatu dari Yuu, juga. Tidak, dari apa yang dia tau dari kepribadian teman kecilnya itu, dia mungkin tidak akan mengatakan apapun tentang latihan pengakuan cinta itu. Tetapi bahkan jika Hina mengatakan bahwa telah terjadi sesuatu antara mereka berdua, yang dia maksud kemungkinan perubahan sikap Yuu yang berbeda dari biasanya. “…..Um… hei, Hina-chan….?”
“Jika itu kamu, aku tidak masalah.”
“Eh?”
Karena pembicaraan tadi dianggap selesai, dia tidak bisa menangkap maksud dari perkataan Hina. 
Hina berbalik dengan menggenggam controller di tangannya sebelum membuka suara.
“Jika itu kau, aku tidak masalah menyerahkan kakakku, Nacchan.”
Mata Hina bersinar dengan kilauan serius yang tak seperti biasanya.
Hina sama sekali tidak terlihat sedang bercanda.
Tubuh Natsuki menegak, dan bertanya ragu – ragu.
“Apa maksudmu dengan ‘menyerahkan’….?”
“Dia mudah murung, dan terkadang dia cukup tegas, tapi dia baik, dan tidak jelek, juga. Mungkin aku mengatakan ini karena aku adalah adiknya, tapi aku akan bilang kalau dia cukup ideal!”
“Eh…..”
Setelah menyadari maksud dari perkataan Hina, wajah Natsuki memucat.
Tunggu, jika dia mengatakan semua ini sekarang, lalu ini artinya dia tau tentang perasaanku pada Yuu!?’’
Dia sadar karena dia tidak pernah menceritakan hal ini pada Hina sebelumnya.
Benar jika mereka sangatlah akrab layaknya saudara sendiri, tapi itulah yang membuatnya susah mengatakan seperti, “Hina-chan, kau tau, aku menyukai kakakmu.”
Natsuki yang sedang duduk disana, membatu, Hina bahkan mengatakan sesuatu yang lebih mengejutkan.
“Atau apakah Koyuki-senpai lebih mendekati tipemu?”
“’Ti-tipe’….?”
Menyadari kemana arah pembicaraan ini, yang dia maksud mungkin tipe seseorang yang dia sukai.
Menghadapi pertanyaan yang terduga ini, Natsuki hanya bisa membuka dan menutup mulutnya seperti seekor ikan emas.
“Bahkan semua murid kelas satu membicarakan betapa kerennya dia. Pada situasi ini, seseorang mungkin akan segera menyerang, tidakkah kau berpikir begitu?”
“Me-menyerang!? 
“Maksudku, seseorang mungkin akan melakukan pengakuan cinta.”
Hina tersenyum pahit dan mengangkat bahunya. 
Sekali lagi, Natsuki dibuat terkesan dengan kedewasan sikap Hina itu.
“…….Meskipun Koyuki-senpai selalu keren, dan baik, juga.”
Hina tiba – tiba bergumam.
Gumaman pelan itu membuat Natsuki berpikir mungkin dia salah salah dengar.
Ketika dia berada di persimpangan antara memutuskan apakah meminta atau tidak memintanya untuk mengulang apa yang dia katakan, Hina berbicara terlebih dahulu,
“Hei, Nacchan.”
“Aku yakin kau pasti bertanya – tanya bagaimana aku tau kau menyukai kakakku, kan?”
“Ehh!? Hina-chan, kau bisa membaca pikiran?”
Natsuki kaget, dan Hina menahan tawa. Dia menjatuhkan controller yang dia pegang, dan kemudian terjatuh di atas lantai, juga.
“N-Nacchan, kau lucu!”
“Hina-chaaaan, berhenti tertawa dan jawab akuuuu!”
Natsuki protes, hampir menangis, memperlihatkan rasa bersalahnya, Hina menggoyang – goyangkan kakinya.
Sembari menghapus air mata di sudut matanya, dia mulai menjelaskan semuanya.
“Karena kau begitu jujur, terlihat jelas hanya dari melihatmu.”
“Be-benarkah? Lalu…. Apa itu artinya Yuu…..”
“Aku tidak berpikir begitu. Lagipula Kakakku cukup bodoh ketika berurusan dengan apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya.”
Sebaliknya, Hina blak – blakan ketika dia membuat pemikiran setajam ini.
Sekarang dia menyebutkannya, hal – hal yang dikatakan Hina mulai dicocokkan di dalam pikiran Natsuki.
Yuu punya kebiasaan memprioritaskan kepentingan orang lain dibandingkan dengan dirinya sendiri, itu wajar baginya.
Mungkin itu disebabkan karena dia tidak bisa melepaskan peran seorang “Kakak”. Bahkan ketika dia tidak di rumah sekalipun. Sepintas, Haruki, tipe menggertak, bertingkah jauh melebihi seorang kakak, tapi Yuu lah yang memastikan segalanya terselesaikan kapanpun itu terjadi di kegiatan klub dan lainnya.
Meskipun suasananya sedang intens, seperti yang Hina sebutkan, dia bisa menjadi tidak sensitif mengenai bagaimana pemikiran orang lain tentang dirinya.
Apa ini karena aku juga saudara tertua sehingga aku tidak bisa meninggalkannya sendiri?’
Tenggelam dalam pemikirannya, dia lalu menyadari bahwa dia sedang diperhatikan.
Melirik, dia menahan nafas dan bertemu dengan mata Hina, yang melihat lurus ke arahnya. Meskipun semua sudah dikatakan, dia mungkin ingin mengetahui reaksi Natsuki.
“……Hina-chan, kau sudah dewasa yah.”
“Iya kan~? Lagipula, sekarang aku sudah SMA!”
Cara dia membusungkan dadanya dengan bangga sangat imut, tidak ada pertanyaan mengenai itu, dan tak bisa menahannya, Natsuki memeluknya dengan erat.
“Wow! Hina-chan, kau sangat imuuut!”
“Nacchan, geli~!”
Ketika suara gembira menggema di seluruh ruangan, pintu tiba – tiba terbuka tanpa diketuk.
Hanya ada satu orang yang bisa melakukan hal seperti itu.
“Apa yang sedang kalian berdua lakukan dia kamar orang lain….”
Disana, sang pemilik ruangan berdiri, Yuu, dengan pandangan heran di wajahnya.
“Onii-chan! Selamat datang!”
Mengikuti Hina, Natsuki juga melambai padanya,
“Selamat datang~ Kau terlambat! Dari mana saja?”
“Apa ada masalah?”
Cara bermanuvernya begitu terampil dengan melewati keduanya yang duduk di atas lantai, dia menuju meja yang ada di belakang ruangan.
Ditangannya, dia memegang tas belanjaan dari toko buku besar di jalan menuju stasiun. Itu sedikit terlalu tebal untuk sebuah majalah, jadi kemungkinan dia membeli buku referensi lainnya.
Sekarang aku sadar, ibunya bilang bahwa dia akan mengambil kelas musim panas.’
Natsuki mendengarnya ketika ibunya dan ibu Yuu mengobrol di ruang tamu mereka, hari setelah adiknya, yang masih kelas satu, membual tentang perkemahan musim panasnya. Walaupun Yuu jarang menunjukkan sisi rajin di hadapannya, dia kelihatannya serius belajar untuk ujian masuk universitas.
“Apa tidak apa-apa bagimu untuk membuang – buang waktu disini di akhir pekan?”
Ketika dia meletakkan tas kertas dan dompetnya di meja, Yuu mengatakannya dengan nada bercanda.
Natsuki memiringkan kepalanya bingung saat ditanya tiba – tiba begitu.
“Tapi kau pengecualian. Dan ngomonng – ngomong, bukankah aku selalu kemari saat akhir pekan?”
“…..Terserahlah,”
Seolah malu dengan pertanyaannya sendiri, Yuu membalas dengan gumaman.
Dari samping, wajahnya tampak sedikit memerah, tapi mungkin itu dikarenakan dia kembali dari luar yang udaranya cukup dingin. Natsuki memutuskan menatap kearah luar dan meresponnya dengan sedikit tertawa.
“Jadi, apa yang membuatmu datang kemari hari ini?”
Yuu berbalik lagi, dan bertanya sambil berdiri dengan sikap yang mengesankan.
“Aku pikir kamu mungkin bisa membantuku mengerjakan tugasku,”
Ketika Natsuki tertawa kikuk, Yuu dan Hina terdengar kaget bersamaan.
“Jadi, tidak untuk bermain…”
“Bukan untuk bermain?”
“Kalian mengatakannya secara bersamaan! Tidak, tentu saja tidak!!”
Kata – kata protes itu keluar dari tenggorokannya, tapi dia khawatir jawabannya itu sesuatu yang biasa saja, seperti ”Ya,” Jadi dia memutuskan untuk menahannya.
Tapi ketika dia benar – benar memikirkannya, dia merasa bahwa setengah jam dia berada di kamar Yuu, dia selalu menggenggam controller game , daripada menggenggam semacam alat tulis dan lainnya.
Ini artinya, aku harus membuktikan padanya…!’
Natsuki mengambil buku tugas matematika yang benar – benar dilupakannya itu, dan menyerahkan padanya sebagai bahan bukti.
“Lihat! Hanya satu soal yang selesai, kan?”
“Ya, jangan membual. Aku ini apa, semacam tempat untuk pelarian?”
Tersenyum masam, Yuu meraih meja lipat. Terlepas dari apa yang dia katakan, tampaknya dia bersedia untuk membantunya lagi hari ini.
Natsuki mengambil perlengkapan sekolahnya, dan Hina juga berdiri untuk membuat ruang.
“Ya, aku akan meninggalkan kalian berdua sendiri sekarang,”
Hina tersenyum nakal, dan Natsuki merasakan udara dingin dari dalam.  
Wah, Jika mengatakan kata – kata seperti itu, Yuu pasti akan menyadari sesuatu…
Dia melirik Yuu takut – takut, tapi tidak seperti yang disangkakan, dia hanya tersenyum lebar.
“Apa kau tidak ingin mengerjakan tugas bersama kami, juga?”
“….Onii-chan, di saat seperti ini, kau akan berjuang untuk hidupmu.”
“Hah? Bukankah seharusnya itu terdengar seperti sebuah ramalan?”
Tidak bisa untuk tidak setuju dengan apa yang Hina maksud, Natsuki hanya bisa tertawa.
                                 
♥ ♥ ♥ ♥ ♥

Setelah satu jam berlalu, hanya tersisa satu soal yang belum terselesaikan.
Natsuki berpikir ini akan menghabiskan waktu semalaman, tapi seperti biasa, Yuu adalah guru yang baik.
Bahkan Natsuki, yang benar – benar lemah di pelajaran matematika, bisa menyelesaikannya, benar – benar ajaib.
Dia pasti banyak belajar dari biasanya… ini artinya Yuu mungkin akan pergi kuliah, huh…
Natsuki juga belajar lebih keras saat liburan sekolah, tapi memiliki peringkat yang tinggi dari SMA itu sangat penting. Karena dia punya adik laki – laki yang dijadikan sebagai panutan, dia bertujuan unutk menjadi murid kehormatan dari hasil rekomendasi ujian masuk.
Yuu juga mengatakan bahwa dia bertujuan untuk masuk ke universitas umum/negeri karena beberapa alasan.
Apakah itu sekolah swasta ataupun umum/negeri, dia bilang dia ingin meninggalkan pilihan terbuka bagi Hina.
Meskipun kita tidak pernah membicarakannya, atau bahkan berpikir tentang hal semacam ini sebelumnya…
Namun, topik mengenai jalan karir mereka pasti akan tiba juga.
Adik kelas yang telah menyatakan pengakuan cinta pada Yuu, juga, pasti tertekan oleh fakta bahwa mereka tidak akan bisa bertemu satu lain lagi saat kelulusan di musim semi nanti. Mereka hanya bisa melihat satu sama lain secara pribadi setiap hari saat mereka masih SMA.
“….. Ngomong – ngomong, kau sudah dengar mengenai hal itu hari Senin?”
Yuu pasti sadar bahwa Natsuki kehilangan konsentrasi, dan memecah kesunyian dengan menanyakan hal ini.
Natsuki menarik buku tugasnya menandakan bahwa dia benar – benar berhenti menulis, dan meletakkan pensil mekaniknya.
“Maksudmu mengenai keinginan kami untuk menemui kalian di Klub Film? Aku dapat pesan dari Miou, tentang bagaimana kau sedang mencari seseorang untuk menggambar film baru atau sesuatu.”
Saat dia mulai berbicara lagi, Natsuki merasa suasana hatinya sedang menurun.
Natsuki juga menyukai film Haruki, dan sudah membantunya dengan banyak membuat properti beberapa kali di masa lalu.
Namun, kali ini  sepertinya mereka sedang mencari seseorang dengan skala yang lebih besar.
“…. Aku bertanya – tanya apakah aku harus pergi ke pertemuan….”
“Hm? Apakah kau sedang tidak enak badan?”
“Tidak, itu tidak kenapa… kalian mencari gambar yang akan menjadi kunci untuk film kalian, kan? Dalam hal ini, aku merasa orang seperi Akari dan Miou akan lebih mampu menggambarkannya,”
Natsuki memaksakan kata – kata itu demi menjaga kualitas kerja film itu sendiri, tapi kelihatannya Yuu tidak puas, dan hanya memiringkan kepalanya.
“Benar bahwa Hayasaka dan Aida menggambar dengan sangat baik, tapi kami bukanlah profesional, jadi kita tidak tau banyak mengenai tehnik atau nilai – nilai artistik. Kami hanya menginginkan sebuah gambar yang cocok dengan penggambaran dari sang tokoh utama perempuan, itu saja.”
Meskipun dia berkata dengan nada yang pelan, kata – kata Yuu membebaninya.
Lebih jauh, Natsuki sama sekali tidak membantahnya dan hanya bergumam pelan, “Begitu…” jawabannya.
“Dan ngomong – ngomong, aku suka gambarmu.” 
“……Eh?”
“Ketika kau menggambar orang, mereka terlihat benar – benar ekspresif, dan ketika kamu menggambar latar belakangnya, mereka terlihat berkilau, kau tau? Aku pikir itu bagus. Hanya dengan melihatnya saja membuatku bersemangat.”
“P-Pujianmu tidak beralasan.”
“Ayolah, jangan merendah. Tidak cuma sekarang aku memujimu, lagipula kita sudah lama saling kenal satu sama lain. 
Melihat begitu mudahnya Yuu tertawa, Natsuki sedikit menurunkan bibir bawahnya dan menunduk.
Jika dia tidak melakukan itu, dia mungkin akan mulai menangis. 
Dia mengatakan itu dengan begitu mudahnya, walaupun dia bisa menjadi tidak peka, tapi tetap saja bersikap baik disekitar orang….
Kata – kata Yuu yang selalu memberikannya kepercayaan diri.
Bahkan ketika Natsuki tidak bisa melihat hal yang baik dari dirinya, tapi Yuu pasti akan melihatnya.
Dan dia akan mengatakannya dengan jujur, dan memujinya.
“Kau menggambar komik, kan? Jangan hanya diperlihatkan ke Hina. Sekali – kali tunjukkanlah padaku juga.
Sebelum dia bisa mengucapkan terima kasihnya atas pujian Yuu yang sebelumnya, Yuu mengatakan sesuatu yang mengejutkan.
Menggangguk dengan polosnya, Natsuki kehilangan waktu untuk berpikir.
Aku senang dia memuji gambarku, tapi memperlihatkan komikku padanya semacam…
Jika dia ingin jadi professional, akan menjadi ide bagus untuk mulai menunjukkan komiknya pada orang – orang disekitarnya.
Berkat bantuan beberapa teman yang dikenalnya di internet, Natsuki sudah berani menunjukkan komiknya pada Hina, Miou, dan Akari, juga beberapa orang lainnya. Meskipun ada saat saran yang diberikan cukup kasar, mereka tidak bermaksud untuk membuatnya patah semangat, tapi mengatakan kepadanya betapa dia bisa meningkatkan karyanya lagi.
Meskipun, jika dia menunjukkannya pada Yuu, ceritanya pasti akan benar – benar berbeda. Bagian dari alasan tersebut karena komik yang dia gambar adalah shoujo, tapi sang tokoh utamanya mirip dengan “seseorang”. Dan bahkan jika dia tidak menyadari itu, Natsuki masih tidak akan bisa menunjukkannya. 
“…..Aku akan menunjukkannya beberapa nanti,”
Natsuki entah kenapa mampu membalasnya. Yuu tersenyum dan balik menjawab.
“Aku ingin segera melihat dan membacanya.”
Seperti yang diduga, laki – laki yang bisa membaca suasana benar – benar sesuatu sekali.
Dia begitu perhatian jika menyangkut hal – hal yang seperti ini, meskipun….
Ketika dia melihat senyuman Yuu yang seperti seorang kakak itu, Natsuki merasa sedikit ingin mengujinya ke arah yang lebih menjurus.
Dia mengambil nafas kecil untuk menyamarkan perasaannya, dan bertanya dengan santainya. 
“Hei. Jika… Jika aku punya pacar, apa yang akan kamu lakukan?”
“Well, ini tiba – tiba. Apa ini ada hubungannya dengan komikmu?”
“Siapa yang tahu?”
Natsuki terpaksa tertawa, dan Yuu menghela nafas seakan tidak bisa berbuat apa – apa.
“Yaa…. Sebagai teman latihanmu, aku harus mendukungmu, kan?”
“……nn”
Dia tau kalau ini adalah kesalahannya. Karena dia membuatnya terdengar seperti dia menyukai orang lain.
Disamping itu, Natsuki sangat terkejut hingga dia sulit bernafas.
Yuu kelihatannya tidak terlalu memperhatikan sikap diamnya Natsuki, dan mulai membaca buku referensi yang dibelinya tadi.
“Jika itu kamu, aku tidak masalah menyerahkan kakakku, Nacchan.”
Kata – kata Hina terngiang di kepalanya, dan Natsuki membalasnya dalam hati.
Mustahil baginya.
Tapi meski demikian, tidak bisa menyerah begitu saja, Natsuki mengatakannya pada Yuu, yang tidak melihat ke arahnya lagi. 
“Terima Kasih. Sangat melegakan saat aku tau kau akan ada untukku.”
Seakan terkejut dengan jawabannya yang lama dijawab, Yuu berhenti sejenak membuka halaman bukunya.
 “…..Berjuanglah.”
Walaupun dia tidak mengalihkan matanya pada buku referensinya, wajah Yuu terlihat ramah.
“Ya!” 
Kali ini Natsuki menjawabnya dengan ceria, dan berpura – pura tidak mendengar jeritan hatinya yang menangis kesakitan. 


Sumber 
Terjemahan Bahasa Inggris Bab 2 oleh Renna's Translation
Gambar oleh Sailorenna


Continue reading Confession Rehearsal Novel [Bahasa Indonesia 'Bab 2']

Senin, 06 April 2015

, , , ,

Confession Rehearsal Novel [Bahasa Indonesia 'Perkenalan dan Bab 1]

Intermezzo dulu boleh kali yah? Jujur aja niatan awal buat nerjemahin nih novel cuma karena iseng gak ada kerjaan. Lagian juga karena bahasanya gak terlalu ribet (nb. yah walaupun ada beberapa kata yang saya sendiri sulit terjemahin) dan juga karena saya suka potongan - potongan cerita berupa lagu yang dibuat oleh HoneyWorks jadilah terjemahan amatir saya ini. Haha. 
Untuk terjemahan bahasa inggris lengkapnya bisa dilihat di  Renna's Translation
Akhir kata, selamat membaca. Dan mohon maaf jika ada beberapa pilihan kata yang terkesan begitu kaku dan susah dicerna. Kedepannya akan saya perbaiki jauh lebih baik lagi. Untuk terjemahan bab 2 sedang proses menerjemahkan. Terima kasih and Happy Reading^^ 

Confession Rehearsal Novel Bahasa Indonesia 
Bab 1



Sinopsis
Sebuah adaptasi novel dari HoneyWorks (Confession Rehearsal) Kokuhoku Yokou Renshuu. Novel ini bercerita tentang Natsuki, seorang siswa kelas tiga di Sakuragaoka High School, yang memiliki cinta tak berbalas kepada teman masa kecilnya, Yuu, seorang siswa yang mengikuti Klub Film. Jika harus jujur mengenai perasaannya sendiri, dia lebih memilih untuk menjadikannya sebagai partner untuk latihan pengakuan cinta. Tidak bisa mengatakan perasaannya yang sebenarnya, beberapa hal menjadi rumit ketika Miou dan Akari, yang juga dari Klub Kesenian, terlibat!! Mampukah dia mengutarakan perasaannya yang sesungguhnya!!? 

Perkenalan 
“Sudah tujuh tahun berlalu, ya.....” 
Aku menarik keluar buku tahunan dari balik klosetku dan bergumam. Di atas sampulnya adalah nama dari almamaterku, dan nama tempat kerjaku sekarang,“Sakuragaoka High School” 
“Nostalgia sekali. Desainnya juga sama sekali tidak berubah.” 
Jika aku membandingkannya dengan buku tahunan terdahulu yang berada di ruang fakultas, aku hampir tidak bisa membedakan mana buku tahunan milikku. 
Perbedaannya adalah bukunya sedikit tipis dan warnanya coklat terang. 
“Tidak ada kesempatan untuk melihatnya lagi semenjak lulus, tetapi jari tanganku sedikit bergetar hanya membuka bagian sampulnya. 
“...... Wah, tidakkah aku sedikit terlalu gugup?” 
Aku tertawa pelan dan mataku menatap kebawahnya. Setelah mengambil nafas dalam – dalam, perlahan aku membuka halamannya. 
“Wow,semuanya terlihat begitu muda!”
Tentu saja, ini tidak seperti buku tahunan masa taman kanak – kanak ataupun masa sekolah dasar, dimana hampir beberapa orang yang tidak bisa dikenali. Tapi, masih ada wajah polos dari senyuman teman – temanku yang ada di dalam foto.
Rambut pendekku yang halus, tidak berubah, tapi dibandingkan dengan sekarang, aku yang dulu terlihat begitu pendiam.
Selama SMA, aku sering bersama dengan sekelompok orang yang terdiri dari  enam orang, tiga orang perempuan dan tiga orang laki – laki.
Sekarang, kami masih bertemu untuk membicarakan tentang kenangan kami dulu, atau bersenda gurau satu sama lain.
Kecuali satu orang.
“Aku penasaran bagaimana kabar mereka saat ini.....”
“Kami tidak bertemu sejak kelulusan, tetapi aku selalu mengingat mereka tersenyum cerah seperti matahari.
Ketika aku menutup mataku, kenangan masa SMA-ku kembali tergambar dengan jelas.
Kenangan – kenangan di hari yang menyenangkan, pahit manisnya dimana aku akan selalu mengingat semuanya.



Enomoto Natsuki
Tanggal Lahir : 27 Juni 
Zodiac : Cancer 
Golongan Darah : O 
Suka olahraga dan menggambar manga. Berada di Klub Kesenian. Baru – baru ini dia sadar kalau dia memiliki cinta tak berbalas untuk Yuu, tetapi tidak bisa jujur dengan perasaannya. 

Latihan 1 
Semuanya dimulai dengan sebuah surat. 
Tempatnya di dalam loker sepatu teman kecilnya, Setoguchi Yuu—sebuah surat cinta. Dia dipanggil ke belakang gedung olahraga saat jam makan siang,seorang adik kelas perempuan berambut pendek yang imut telah menyatakan pengakuan cinta kepadanya, dan kembali ke kelas setelahnya. 
“Aku baru saja menolaknya, dengan alasan kalau ujian masuk universitas akan segera tiba.” 
Natsuki menghela nafas lega ketika Yuu melaporkan dengan nada polosnya. Bagaimanapun, hatinya dengan cepat menggila lagi. Walaupun dia berpura – pura tidak terjadi apa – apa, muka teman masa kecilnya itu dan dia belum pernah melihat itu sebelumnya. 
Aku sangat yakin Yuu tidak tertarik dengan hal – hal semacam cinta atau apapun yang seperti itu.....’ 
Bahkan setelah sekolah berakhir, kata – kata Natsuki yang sudah ditahannya masih tertinggal di dalam hatinya.
Karena dia terlalu fokus dengan video games, manga, dan aktivitas klubnya sepanjang waktu, dia tidak pernah berbicara dengannya mengenai cinta dan hal – hal lainnya sebelumnya. Dia sadar bahwa satu – satunya alasan kenapa dia berasumsi begitu karena Yuu tidak tertarik.
Kali ini Yuu mungkin menolaknya, tapi siapa yang tahu apa yang akan terjadi kedepannya.
Itu adalah saat dimana Natsuki memutuskan untuk tidak melarikan diri lagi.
...... Aku pasti akan menembaknya hari ini!
Mengambil nafas dalam – dalam, Natsuki menatap punggung Yuu.
Tiga puluh menit sebelum sekolah berakhir, dan mereka hanya berdua saja di loker sepatu.
Dia juga punya teman kecil lainnya, Serizawa Haruki, yang berada di Klub Film dengan Yuu, setuju untuk pulang sendiri hari ini. Ya, lebih tepatnya, dia sudah lelah berargumen dengannya dan membiarkan mereka berdua sendiri bersama-sama.
..... Aku merasa jantungku bisa melompat keluar dari dadaku.....
Ketika dia mencengkram baju depannya, detakan jantungnya membuatnya merasa cukup kaget.
Dibawah celana yang dia pakai didalam roknya, lututnya saling mengetuk satu sama lain.
Apa yang aku lakukan? Mungkin aku harus menunggu sampai besok.’
Untuk sesaat, sisi lemahnya menyeruak.
Mengingat wajah malu teman kecilnya, entah bagaimana nanti dia sanggup berdiri.
Di dalam kepalanya, dia tahu bahwa jika berhubungan dengan percintaan, waktu sangatlah penting. Dia telah melihat di dalam shoujo manga bagaimana pasangan potensial akan kehilangan kesempatan karena mereka menunggu terlalu lama.
Semua yang dia butuhkan adalah keberanian.
Di sisi lain, penyesalannya akan berlangsung seumur hidup.
‘‘—Aku, Enomoto Natsuki, akan menjalankan rencananya!’
“Yuu! Punya waktu sebentar?”
Ketika cahaya matahari terbenam menembus melalui jendela, Natsuki memaksakan kata – kata itu untuk keluar.
“Kenapa kamu jadi formal begitu?”
Natsuki merapatkan postur tubuhnya sehingga suaranya tidak akan bergetar, mengepalkan tangannya dan berkata,
“Maafkan aku karena begitu tiba – tiba, tapi.....”
Dia tau bahwa mungkin Yuu merasa begitu gugup, juga, karena suasana diantara mereka berdua terasa berbeda dari biasanya.
Mengambil nafas dalam – dalam, Natsuki menatap lurus padanya dan mengatakan kata – kata yang telah ia tahan selama bertahun – tahun.
“Aku sudah lama menyukaimu bahkan hingga sekarang!”
Dia mengatakannya, dia akhirnya bisa mengatakannya.
Bahkan tanpa menatap cermin sekalipun, dia tau bahwa wajahnya memerah.
Tidak bisa menahannya, dia mengalihkan pandangannya, dan kali ini, dia bisa mendengar suara jantungnya yang berdetak di telinganya. Detakannya jauh lebih keras dari sebelumnya, membuatnya bertanya – tanya apa Yuu akan mendengarnya.
Ketika dia perlahan mengangkat wajahnya lagi, Yuu masih berdiri, seakan terkejut dengan apa yang dia dengar.
Dalam sekejap mata mereka bertemu.
Yuu masih belum menyadari kenyataannya, dan praktis kata selanjutnya yang dia katakan,
“...... Huh?”
Satu kata itu adalah bentuk pertanyaan, tapi itu sudah lebih dari cukup.
Yuu... malu...!?
Mungkin aku yang terlalu banyak berpikir bahwa wajahnya terlihat jauh lebih merah dari pada saat adik kelas perempuan tadi menyatakan perasaan kepadanya.
Inilah reaksinya terhadap sesuatu yang tidak diduga itu, Natsuki juga kehilangan kata – kata.
Aku... Aku harus mengatakan sesuatu.....
Dia melemparkan pandangannya ke samping dan mencoba untuk mencari kata yang tepat, tapi satu – satunya kata yang keluar dari mulutnya adalah suara yang tidak masuk akal.
“Ha... Ha...”
“Ha?”
Yuu, yang wajahnya masih memerah, memiringkan kepalanya bingung.
Walaupun tingginya mendekati 180 sentimeter, tingkah lakunya yang imut itu benar – benar cocok untuknya.
Aku ingin mengelus kepalanya....
Bahkan Natsuki terkejut dengan pemikirannya yang mendadak mucul di kepalanya itu. Dia tau bahwa dia tidak bisa berpikiran jernih sekarang. Pada kondisi seperti ini, dia akan berakhir melontarkan sesuatu yang tidak perlu.
Sebelum itu terjadi, dengan cepat dia mengganti topik pembicaraan.
“Hanya bercanda! Tidak mungkin sungguhan! Apakah pernyataanku tadi bagus?”
‘Kali ini aku benar – benar telah melakukannya,’
Dia berpikir dengan cepat.
Tidak, tapi yang barusan, itu hanyalah strategi lainnya....
Dengan pemikiran yang cepat itu, Natsuki menyadari sesuatu.
Benar, ini sama dengan cinta dan perang.
Jadi dia tidak lari dari musuh; dia hanya mengulur waktu untuk startegi yang selanjutnya.
Lebih spesifiknya lagi, kali ini latihan pengakuan cintanya merupakan sebuah serangan dadakan.
Yuu melebarkan matanya, dan seolah mencoba untuk memahami pernyataan Natsuki, dia mengedipkan matanya berkali – kali. 
Setelah beberapa saat, dia mengacak – ngacak rambutnya dan menatapnya balik dengan tatapan yang tajam.
“Natsuki... Kau benar – benar....”
Natsuki menghela nafas lega pada nada suara Yuu yang terdengar setengah terkejut dan setengah malu.
Bagus... Dia pikir yang tadi itu hanya bercanda.... kan?
Dia berpura – pura tidak mendengar dentingan menyakitkan hatinya itu dan berlagak tersenyum.
“Barusan itu, hanyalah latihan pengakuan cinta.”
“Huh? Latihan?”
“Jadi? Apakah aku imut? Apakah jantungmu berdetak dengan cepat?”
Mengikuti arah arus, dia mengintip kedalam wajah Yuu, dan dia menatap balik dengan sebuah tatapan dingin dan tajam.
Pada saat begini, ini adalah waktu yang benar – benar sulit ketika yang lainnya tidak mengatakan apapun. Panik, senyuman Natsuki melemah.
“Ja-jangan menatapku seperti itu... Maafkan aku.....”
“Jadi apa kamu akan serius?”
“.....Eh?”
Kali ini, giliran Natsuki yang tidak bisa berkata – kata.
Jantungnya berdetak dengan keras. Detakannya hampir terasa menyakitkan.
Apakah yang tadi itu hanya bercanda? Atau....
“Aku hanya bercanda. Bahkan sekarangpun demikian.”
Baru saja dia berpikir dia melihat Yuu tersenyum, tangan Yuu turun ke atas dahinya.
Dan yang tadi itu adalah bagian dari sketsa komedi, Natsuki mengeluarkan air mata.
“Gyah!? Hei, Yuu, santai saja padaku, ya!?”
Terang – terangan mengabaikan keluhannya, dia berkata, masih dengan ekspresi masam di wajahnya.
“Jadi, sesungguhnya kepada siapa pengakuan itu ditujukan?”
“Yang sesungguhnya? Maksudmu pengakuan yang tadi itu?”
“Yah. Faktanya bahwa kau latihan seperti tadi artinya ada orang lain, kan?”
Nafas Natsuki tertahan di dalam tenggorokannya, melihat betapa mudahnya Yuu mempercayai kebohongan yang dia katakan tadi.
Tapi dia tau itu adalah kesalahannya sendiri karena menyebutnya sebagai latihan.
Meskipun begitu, dan bahkan jika itu hanya bercanda, dia tidak ingin mengatakan bahwa dia menyukai orang lain. Tidak dari Yuu.
Natsuki menekan pemikiran rumitnya dan perasaannya yang sesungguhnya, dan mengepalkan tinjunya lagi.
Dan di saat yang bersamaan, dia menghadapi Yuu, yang sedang menunggu jawaban dengan senyuman lebarnya, dan sebuah pukulan memutar secara perlahan mengenai tulang rusuknya.
“Tidak mungkin aku bisa mengatakannya padamu!”
“Ow ow!!”
Natsuki membungkuk dan menatap mata teman masa kecilnya itu, yang sekarang kembali ke tatapan malasnya., dan seperti biasa, untuk melindungi janji mereka kedepannya.
“Heu, ayolah. Bantu aku latihan~”
“..... Sepertinya aku tidak punya pilihan. Tapi imbalannya, traktir aku ramen.”
“Eh~ Pelit!”
“Itu harga murah untuk meminta latihan denganku, kan?”
“Wow, kau serius mengatakannya?”
Mengobrol apapun yang mereka suka satu sama lain, dan akan selalu berakhir dengan sebuah senyuman. Ini bukan berarti bahwa mereka sudah memutuskan atau apapun itu, tapi ini seperti peraturan tidak terucap antara mereka berdua sekarang.
Tapi, hari ini... semacam...
Seiring dengan perasaan sakit yang mulai memudar. Hatinya menangis seperti ditusuk dengan jarum.
Susah sekali jatuh cinta dengan seseorang. Dan ini bahkan jauh lebih susah untuk mengatakan perasaanmu yang sesungguhnya.
Matahari terbenam di hari itu cukup merah untuk membuat matanya pedih.


♥ ♥ ♥ ♥ ♥

Bunyi bel yang berpadu setelah pulang sekolah, Natsuki mengeluarkan helaan nafas panjang.
Sial... aku benar – benar ketiduran selama pelajaran matematika hari ini.
Walaupun dia tidur awal kemarin, dia terbangun beberapa kali sepanjang malam.
Dan yang lebih buruk lagi, dia tidak nafsu makan di saat sarapan ataupun makan siang.
Bukankah ini seperti seorang perempuan yang sedang jatuh cinta? Yaa, benar sih, tapi....
Latihan ataupun tidak, dia akhirnya melakukan pengakuan cinta kemarin.
Dan seseorang yang dia nyatakan cintanya adalah teman masa kecilnya, dialah penerima cinta tak berbalasnya selama ini. Sepanjang waktu dia pasti gugup, jauh lebih gugup dari yang dia bisa bayangkan.
Satu hal yang bagus adalah kita masih bisa berbicara seperti sebelumnya.
Natsuki tinggal berdekatan dengan Yuu, dan tempat duduk mereka di ruang kelas juga berdekatan. Sebenarnya dia duduk  tepat didepannya.
Kapanpun dia menyerahkan kertas materi secara berbaris selama kelas berlangsung, mereka akan selalu berakhir saling menatap. Dan jika dia tertidur di kelas, Yuu cukup dekat untuk membangunkannya sebelum dia ketahuan oleh guru.
..... Kalau dipikir – pikir, aku rasa Yuu hari ini juga banyak tidur.
Dia tidak mempercayai matanya ketika dia melihatnya dengan terkejut, bahkan Yuu punya rambut tidur berantakan, yang disebabkan oleh tiupan angin dari jendela. Jika dia bilang padanya, dia akan menyadarinya, jadi dia memutuskan untuk tidak mengatakan apapun.
“Yuu~ apa kau akan pergi ke ruang klub?”
Selama jam makan siang dan pulang sekolah, selalu ada orang – orang yang berkumpul di sekitar meja Yuu.
Saat ini, Mochizuki Souta, nama panggilan : Mochita, datang menghampirinya seperti seekor anak anjing.
Yuu, Haruki, Souta, dan Natsuki semuanya adalah teman masa kecil.
Secara khusus, mereka semua bergabung ke Klub Film bersama – sama, dan mengobrol satu sama lain dengan kedekataan yang sama seperti yang telah mereka lakukan ketika mereka masih kecil.
“Aku harus berhenti di ruang fakultas, jadi kau dan Haruki pergilah duluan.”
“Kau akan bertanya mengenai laporan untuk liburan musim panas, kan? Ini artinya, kita akan ikut juga,”
Haruki menyeringai pada kata – kata Yuu, tersenyum cerah seperti matahari.
“Ya. Kalau begitu, ayo kita pergi!”
Souta mengangguk dan memegang lengan Yuu.
Ditarik bersama dua orang lainnya, Yuu meninggalkan ruangan kelas.
Ketika Natsuki menatap pergi sosoknya, dia bergumam secara tak sadar, “Menyenangkan sekali....”
“Para laki - laki mungkin bisa akrab, tapi para perempuan juga tidak akan kalah dari mereka, kau tahu?”
Dia merasakan sebuah tepukan di atas bahunya, dan kemudian sebuah suara lembut nan ramah terdengar di telinganya.
“Nacchan, ayo kita pergi ke ruang klub juga!”
Setelah itu, dia berbisik dengan suara rendah, namun lembut dan ramah.
“Akari, Miou.....”
Ketika mereka berbalik, dia melihat dua temannya berdiri disana, tersenyum ceria. Si perempuan berambut hitam nan cantik, Hayasaka Akari, dan Aida Miou, dengan rambutnya yang lembut nan imut.
Mereka bertemu selama SMA, tetapi sejak mereka semua bergabung ke klub kesenian bersama – sama, dengan cepat mereka menjadi teman.
Mereka semua memiliki kesamaan, tetapi Natsuki merasa mereka adalah teman yang mampu saling mendukung satu sama lain.
Pasti mereka duluan yang berbicara padaku karena sejak tadi pagi aku melamun....
Alih – alih mengucapkan terima kasih pada mereka secara lisan, dia memberikan senyuman yang lebar.
“Ya! Aku penasaran apakan Eri-chan-sensei sudah ada di ruang kesenian ya? Kita akan mendapat masalah kalau terlambat~” 
“Sensei benar – benar sangat antusias, mengatakan hal – hal seperti, “Tahun ini pasti, kita mendapatkan emas!”
“Wow! Miou-chan, kau terdengar seperti beliau~”
Dengan ketukan langkah kaki mereka pada ubin, mereka bertiga berjalan di lorong sekolah.
Alasan kesibukan mereka sekarang dikarenakan ada kontes kesenian setelah liburan musim panas.
Sejak sekolah didirikan, tidak ada tahun dimana Sakuragaouka High School tidak mendapatkan medali.
Meskipun, aktivitas klubnya sangatlah ketat bahkan seperti kaum Sparta saja.
Daripada memfokuskan pada tehnik bagaimana untuk menang, penasehat klub, Matsukawa-sensei, selalu memberikan saran dengan pendekatan yang menonjolkan ide – ide asli kami. Natsuki berusaha untuk mempertahankan lingkungan kreatif nan murni yang menyenangkan itu. Di klub, ketuanya, Akari, dan Wakilnya, Miou, menunjukkan banyaknya bakat yang mereka miliki.
Ketua dan Wakil Ketua yang sebelumnya telah memilih penerus, tetapi karena Akari dan Miou punya begitu banyak pengakuan untuk karya seni mereka, akhirnya mereka telah membuat keputusan untuk menunjuk Akari dan Miou sebagai penggantinya.
Di sisi lain, ada banyak anggota yang tidak memiliki ketertarikan dalam melukis, keramik, patung, ataupun hal – hal yang seperti itu. Dikarenakan tidak ada Klub Manga di sekolah, banyak siswa yang bergabung hanya karena mereka ingin menggambar ilustrasi atau komik.
Karena tipe orang yang seperti itu biasanya selalu bekerja di rumah, kebanyakan dari mereka adalah anggota hantu/bayangan.
Natsuki sering menghadiri pertemuan klub, tetapi karena posisinya, kemungkinan dia berada di daerah abu –abu.
Dia suka menggambar komik, tetapi dia juga suka melukis di atas kanvas yang besar.
Mereka berdua berbeda dalam caranya sendiri, dan jika seseorang bertanya padanya dia lebih suka yang mana, dia tidak akan bisa menjawabnya. Seperti mencoba untuk memilih mana yang lebih disuka antara pasta kacang merah dan krim kocok.
Aku suka keduanya, jadi aku ingin keduanya. Aku pikir itu tidak masalah, tapi...
Sejujurnya, akhir – akhir ini dia mengkhawatirkan mengenai posisinya di klub.
Dia tidak seperti Akari dan Miou. Pada akhirnya, tidakkah dia hanya setengah matangnya saja jika dibandingkan dengan mereka berdua?

♥ ♥ ♥ ♥ ♥

Hanya ada beberapa siswa kelas satu dan kelas dua di dalam ruang kesenian.
Di sudut papan hitam, ada sebuah pesan yang tulisan susah dibaca tertulis, 
“Hari ini aku sedang melakukan perjalanan bisnis. Sampai jumpa besok.” Dan bahu Miou merosot saat melihatnya.
“Sayang sekali, hari ini sensei sedang tidak ada disini.... aku ingin meminta pendapatnya mengenai beberapa warna.”
“Miou-chan, kelihatannya kau akhirnya sudah membuat kemajuan yang bagus,”
Akari menatap pada kanvas yang masih diletakkan pada sandarannya dan berkomentar dengan penuh kekaguman.
“Karena kali ini aku melukisnya menggunakan kanvas yang lebih besar, aku masih perlu menambahkan lebih dari ini. Bagaimana denganmu, Akari-chan...?”
Miou menghentikan sejenak dalam mengatur letak lukisannya dan melihat apa yang sedang Akari lakukan.
Seperti kemarin, dia hanya memiliki sebuah buku sketsa, pensil, dan penghapus yang tertata di depannya.
Bahu Akari merosot dan terpaksa tertawa.
“Ya, aku masih belum menemukan ide baru...”
“Kau cepat dalam sekali bekerja kau sudah menyelesaikan sketsanya, jadi tidak masalah.”
Aku harap aku punya bakat seperti mereka berdua.’
Natsuki duduk di sebuah bangku dengan menangkupkan tangannya, dan hanya melamun mendengarkan percakapan temannya itu.
Walaupun dia memamerkan sesuatu juga, kanvas dan bahkan buku sketsanya masih benar – benar kosong.
Natsuki satu – satunya orang yang tidak bisa memunculkan sesuatu.
“Ngomong – ngomong, Nacchan, apakah kau berhasil mengutarakannya pada Setoguchi-kun kemarin?”
Bahu Natsuki berguncang sedikit pada pertanyaan tiba – tiba Akari.
“Ah, sebenarnya, aku ingin bertanya mengenai itu juga. Tapi aku pikir akan lebih bagus jika kita membicarakannya di dalam kelas saja,”
Kuas Miou berhenti bergerak, dan dia malu – malu ikut bergabung pada percakapan mereka juga.
“Sangat menyenangkan jika berada di kelas yang sama dengan laki – laki yang kau sukai, tapi disaat yang sama juga begitu susah~”
Dia tiba – tiba merasa malu membicarakan mengenai orang yang disukainya secara terbuka.
Natsuki merasa wajahnya tambah merah, tetapi ketika dia ingat apa yang telah terjadi kemarin, dia mendadak tenang.
“Arghh~~....... Biarkan aku menceritakannya pada kalian semua mengenai hal itu~”
“Ada apa? Ceritakan.”
Akari mengubah suaranya mengikuti nada suara Natsuki yang terkesan berlebihan. Miou tidak bisa menahan tawanya juga, dan suasana hatinya jadi lebih cerah dan tenang.
Natsuki menceritakan apa yang telah terjadi dengan nada bercanda, mengusir situasi yang serius.
Dia menceritakan pada mereka tentang bagaimana dia melakukan pengakuan cinta, tapi kemudian dia bilang itu bohong dan mengatakan kalau itu semua hanyalah sebuah latihan saja, dan tentang bagaimana Yuu mempercayainya dan akan membantunya latihan.
Setelah mendengarkan ceritanya, mulut Akari dan Miou ternganga.
“........ Latihan pengakuan cinta, huh? Kau jelas – jelas sudah melakukan sesuatu yang berani lagi,”
Miou menatap dari balik poninya yang pendek dengan mata berputar dan mengedipkannya karena keheranan.
Natsuki tertawa lemah dan melanjutkan,
“Dan lalu, setelah itu, kami makan ramen di depan stasiun saat perjalanan pulang! Ramennya benar – benar enak.....”
Setelah mendengar kalimat itu, 
“Ramen depan stasiun,” Akari tiba – tiba bereaksi.
Bersandar pada bangku, dia bertanya dengan matanya yang bersinar, 
“Tempat Ramen yang kau maksud yang baru buka itu? Ramen disana memang yang terbaik! Pilihan bagus!”
“Itu aku yang traktir, walaupun.... Tunggu, ini sama sekali tidak baguuuusss!!”
Ketika Natsuki mengoreksi dirinya dan dia memegangi kepalanya dengan tangannya, Akari mengangguk dalam dengan wajah serius.
“Kau benar. Kamu akan sedikit kehabisan uang saku jika mentraktirnya setiap waktu.”
“Akari-chan, aku berpikir masalah sebenarnya bukan itu....”
Natsuki menenangkan diri pada ketenangan Miou dan tingkahnya yang menenangkan.
Dia mulai menjelaskan apa yang dia inginkan.
“Aku bilang itu adalah latihan pengakuan cinta karena aku ingin dia mulai melihatkan sebagai seorang perempuan.... Tapi dikarenakan kami hanya makan ramen disana, tidak ada yang berubah! Dia hanya akan bilang kalau aku ini Natsuki lagi (Teman masa kecilnya)!”
Tidak bisa menahannya lebih lama lagi, dia berakhir dengan nada berteriak.
Akari tersenyum cerah pada Natsuki, yang sudah berdiri dari kursinya, menangis karena menahan rasa sakitnya.
“Tenanglah. Kau imut kalau kau diam begitu, Nacchan.”
“Tapi kemudian dia jadi penurut, jadi itu tidak bagus sama sekali!”
“Untuk sekarang, kita tenang dulu, oke? Ayolah, tutup kakimu.”
Dengan jemarinya yang pucat dan ramping, Miou dengan lembut mendorong kaki Natsuki, yang mana posisi kakinya terlihat seperti kaki kepiting. Sekilas, dia bisa melihat Miou yang merawat jari kukunya.
Tangannya benar – benar seperti perempuan....
Tidak hanya penampilannya, tapi kepribadiannya juga, Miou yang paling feminim. Dia juga yang menyarankan Natsuki memakai celana di bawah roknya, karena dia sering bergerak sembarangan.
“Dan bagaimana denganmu dan Haruki, Miou?”
Natsuki benar – benar penasaran dengan kedekatan teman dekatnya itu dengan teman kecilnya yang terlihat cukup akrab juga.
Mereka berada di kelas yang berbeda – beda, dan mereka juga tidak memiliki jam pelajaran yang sama. Jika mereka pernah saling memperhatikan satu sama lain, itupun pasti ketika Haruki datang saat istirahat untuk keluar bersama Yuu dan Souta.

Tapi meski begitu, mereka pulang bersama - sama hampir setiap hari.
Natsuki juga sudah bertanya mengenai hal itu pada Haruki sebelumnya.
Walaupun Haruki selalu tampak ramah, dia suka menghindari tatapannya ketika Natsuki bertanya, dan memberikan jawaban yang tidak jelas.
“Hanya berhasil dengan cara itu, kan?” Katanya.
Cara dia menjawab benar – benar terlihat dia sedang menyembunyikan sesuatu....
Di tempat pertama, Haruki sangat perhatian dan bersikap layaknya seorang kakak, tetapi ketika membicarakan tentang perempuan, dia akan menarik garis mengenai pembicaraan itu. Dia lebih banyak bergaul dengan laki – laki, dan satu – satunya pengecualian adalah teman masa kecilnya, Natsuki.
Dia mengatakan bahwa dia dan Miou memiliki kesamaan dalam topik pembicaraan, tapi itu tidak bisa menjadi satu – satunya alasan.
Miou, juga, tidak bisa terlihat tenang sekali jika hubungannya dengan Natsuki dibahas.
“Huh!?” 
"A—Aku... Semuanya akan kembali normal!”
“Apa maksudnya itu?”
Ketika Natsuki dengan cepat meminta jawaban lebih, wajah Miou berubah jadi merah cerah.
“Jahat jahat! Jadi, bagaimana denganmu, Akari-chan?’
Suara Miou bergetar ketika topik pembicaraan berganti pada Akari.
“Huh?”
Akari tersipu dan matanya membesar, tapi dengan cepat dia berganti dengan nada suara yang ceria dan berkata.
“Oi, jangan mengkhawatirkanku sekarang. Yang lebih penting lagi, kita harus memikirkan tentang strategi pengakuan cinta Nacchan!”
Seolah mengatakannya terlalu awal, Akari dengan cepat mengambil pensilnya dan mencoret – coret sesuatu di atas halaman kosongnya di buku sketsanya.
Mendengar kata – kata “Pengakuan Cinta Bagian 2,” Natsuki merasa gatal di bagian belakang hidungnya.
“Akari-chan, terima kasiiiiiihhh. Aku tidak akan menyerah.....”
“Yuki-chan, kami akan membantu juga, oke?”
“Haruskah kita mencabut rumput liar itu?”
Menginterupsi deklarasi Natsuki yang terselesaikan, mereka tiba – tiba mendengar suara yang melengking dari jendela.
“Mereka yang menjerit sangat keras. Apa ada seorang selebriti atau lainnya? Apakah mereka sedang syuting disini?”
Melihat keluar ragu – ragu, mereka melihat kerumunan orang – orang di depan taman bunga.
Di tengah lingkaran para perempuan adalah—
“Bukankah itu Ayase-kun? Dia benar – benar populer..”
“Dia benar – benar terlihat berbeda setelah memotong rambutnya.”
Akari dan Miou mengaku jika mereka berdua terkejut dengan perubahan dari teman sekelas mereka, Ayase Koyuki.
Sudah menjadi kebiasaan bagi seseorang akan menarik banyak perhatian setelah berani mengubah penampilan mereka, tetapi karena dia punya kepribadian yang pemalu, dia terlihat begitu susah beradaptasi. Meskipun berada di kelas yang sama, mereka jarang mendengarnya berbicara, jadi begitulah yang diharapkan darinya.
Ketika aku pertama kali bertemu dengan Akari, juga, sebenarnya cukup aneh, tapi dia sangatlah baik dan tidak pernah berhenti tersenyum...'
Begitu juga dengan Miou, dia tidak terlalu banyak berbicara dengan siswa laki – laki, selain Haruki. Ketika dia bersama Natsuki, terkadang dia bisa berbicara dengan Yuu dan Souta, juga, tapi dia bukanlah tipe orang yang akan memulai pembicaraan dengan sendirinya.
‘Walaupun Koyuki-kun orang yang sangat baik.... Sungguh sangat disayangkan!”
Bagi Natsuki, yang dipinjamkan dan meminjam manga darinya, situasi saat ini benar – benar membuatnya frustasi.
Itulah kenapa dia akan selalu memanas ketika berbicara mengenainya.
“’Setelah memotong rambut panjangnya dan mengganti kacamatanya dengan lensa kontak, dia benar – benar terlihat keren!’ Kau bahkan tidak akan melihat hal yang semacam itu di dalam shoujo manga lagi. Koyuki-kun pastinya hebat!”
“Nacchan, jadi bagian itulah yang membuatmu terkesan?”
Ketika Miou tersenyum masam, Akari menambahkan,
“Kalau dipikir – pikir kalian saling bertukar manga, kan? Sejak kalian duduk berdekatan satu sama lain di dalam kelas, apakah dia berbicara padamu?”
Karena sikapnya yang pendiam, Akari banyak menghabiskan waktunya melihat orang – orang yang berada di sekelilingnya.
Ketika dia terkesan dengan teman sekelasnya yang mendadak menjadi pusat perhatian, Natsuki juga mulai berbicara tentang masalah yang dia hadapi karenanya.
“Koyuki-kun benar – benar baik, dan dia orang yang sangat baik. Jadi meskipun dia mendapat tekanan saat bergabung dalam klub, dia benar – benar khawatir tentang bagaimana dia menolak ajakan – ajakan itu tanpa menyakiti perasaan seseorang.”
“..... Kelihatannya rumit.”
Miou menunda jawabannya sendiri sembari mempertimbangkan beberapa pilihan.
Tidak juga mendapatkan ide, Natsuki mengerutkan alisnya dan mengangguk setuju.
“Ngomong – ngomong, kenapa Ayase-kun memutuskan untuk memotong rambutnya secara tiba – tiba? Apakah dia ingin mengubah kepribadiannya sebelum akhir liburan SMA berakhir?”
Seperti biasa, Natsuki tertawa jika melihat betapa polos dan jujurnya perkataan Akari.
Miou satu – satunya orang yang terganggu mengenai hal itu, dia bergumam pelan,
“..... Aku penasaran jika itu merupakan satu – satunya alasan dia melakukannya.”

♥ ♥ ♥ ♥ ♥

Yuu memalingkan wajahnya dari papan putih yang menutupi pertanyaan dan tugas, dan mulai menatap ke arah langit – langit.
Topik yang dikerjakannya adalah proyek kelulusan mereka, dan juga film baru mereka.
Kenapa sang tokoh utama perempuan memutuskan untuk melakukan pengakuan cinta kepada sang tokoh protagonis?
Di tempat pertama, kenapa dia jatuh cinta padanya?
Walaupun kalimat yang dilingkari merah itu mengenai salah satu adegan yang ada di dalam film, adegan seperti itu seolah menusuknya tanpa ampun kedalam hatinya.
Sejak kemarin, dia tidak bisa memahami pengakuan cinta Natsuki yang terus saja terngiang di kepalanya.
Latihan Pengakuan Cinta... diantara yang lainnya, kenapa aku yang menjadi partner latihannya?
Fakta bahwa ada latihan semacam itu menandakan bahwa akan ada pengakuan cinta yang sesungguhnya.
Dan ini artinya Yuu, yang malah terpilih sebagai partner latihannya, bukanlah kandidat yang kuat bagi Natsuki.
Mengambil pose berpikir, dia menatap pada wajah siswa lainnya yang duduk di bangkunya.
Walaupun, satu-satunya siswa laki – laki lainnya yang pernah aku liat sering bersama Natsumi pastilah mereka....
Serizawa Haruki, Mochizuki Souta, dan satu – satunya perempuan di kelompok mereka, Enomoto Natsuki. Mereka sudah kenal satu sama lain sejak mereka belum memperhatikan lawan jenis, dan bahkan hingga sekarang, mereka terus mengakui bahwa mereka adalah teman masa kecil.
Mereka tidak mengeluh mengenai masalah itu, dan bahkan setelah memasuki SMA, mereka tidak mencoba menjaga jarak di dalam hubungan mereka atau apapun itu. Jadi ketika tiba – tiba ada yang bertingkah menjaga jarak sekarang pastinya akan membuat segalanya menjadi tidak nyaman.
Dan disamping itu, keakraban mereka satu sama lain bagaikan pisau bermata dua.
Sampai saat ini, Yuu selalu menggodanya (setengahnya dimaksudkan sebagai bercandaan dan setengahnya lagi karena perasaan malu) mengenai jenis kelaminnya yang menjadi “Natsuki.”
Tetapi sekarang semuanya kembali padanya. Karena mereka berdua begitu banyak saling mendukung satu sama lain, tidakkah Natsuki harusnya juga mulai melihat jenis kelaminnya sebagai “Yuu”?
Setidaknya, fakta bahwa dia memilihnya sebagai partner latihannya menandakan bahwa dia melihatnya sebagai laki – laki, tetapi juga berarti bahwa dia tidak mempertimbangkannya sama sekali untuk sebuah ketertarikan cinta.
Siapa yang tahu bahwa kelulusan masa kecilmu akan membawa semua ini.....
Ketika secara tak sadar dia mendesah, Souta, yang bagus dalam mendengarkan, merespon,
“Yuu, kau benar – benar memperhatikannya dengan serius, ya? Kau tidak seharusnya banyak berpikir keras mengenai itu, kau tahu.”
Dia merasa tulang punggungnya mendadak dingin, seolah – olah Souta telah mengetahui bahwa dia sedang memikirkan Natsuki.
Ketika dia melihat papan putih didepannya, dia mengingat bahwa mereka sedang mendiskusikan mengenai film. Berdo’a semoga kegelisahan ini pergi, Yuu perlahan membuka mulutnya,
“..... Ya, aku pikir sang tokoh utama membutuhkan pola pikir yang benar, kan? Jadi akan bagus jika hal itu berhasil.”
“Itu benar, tapi, Yuu, kau kan dasarnya lebih pada orang – orang yang beragam, bukan?”
Benar apa yang Souta katakan.
Yuu suka film Hollywood dan film komedi, tetapi ketika menyangkut film romantis, itu diluar jangkauannya.
Di sisi lain, Souta menonton film dengan berbagai macam genre, tetapi dia juga tidak melihat banyak film romantis. Dia tipe orang yang mengoleksi naskah skenario dan DVD dari film kesukaannya.
Haruki justru berbeda dengan mereka berdua. Dia suka menonton film yang menegangkan yang ditayangkan di bioskop lepas.  Dari mereka bertiga, dia yang satu – satunya paling banyak pergi ke pertunjukan teater.
Ketika mereka bertiga menghadap guru pembimbing mereka untuk yang pertama kalinya, mereka mengatakan bahwa mereka akan membuat sebuah film, hal pertama yang dia nyatakan adalah keraguannya, apakah mereka bisa melakukannya. Dia menertawakan nada serius mereka. Tetapi mereka paham maksudnya.
Sejujurnya, mereka susah dalam menentukan sebuah tema.
Pada akhirnya, Haruki menjadi suara otoritas dan memutuskan bahwa mereka akan membuat sebuah cerita romantis.
“Aku tidak pernah membuat film seperti itu sebelumnya, kenapa kita tidak mencobanya?”
Bahkan Yuu, yang awalnya menolak ide Souta, mengetahui bahwa hal ini sangat susah untuk disetujui setelah Haruki mencoba memberikan pengertian padanya.
Sebagai permulaan, motivasi mereka untuk membuat Klub Film awalnya karena mereka telah membuktikan bakatnya.
Semuanya dimulai pada dua tahun yang lalu, di musim gugur pada tahun pertama mereka di SMA.
Film pendek yang Haruki unggah di internet secara diam – diam dengan cepat menyebar diantara para siswa selama liburan musim panas. Dan setelah beberapa kritikus melihatnya dan diterbitkan di blog dan artikel majalah, film itu mendapatkan perhatian dari banyak orang.
Sebelumnya dia pernah mengatakan bahwa membuat film adalah salah satu hobinya.
Jika hanya mungkin untuk menyembunyikan rasa malu mereka, tetapi setelah melihat filmnya, Yuu dan Souta yang putus asa mengajak Haruki untuk membuat film berikutnya. Mereka jatuh cinta dengan film Haruki.
Klub yang mereka buat dengan hasrat tinggi itu, juga, dipromosikan sebagai klub resmi setelah adik kelas mulai bergabung di tahun berikutya. Dengan lingkungan di sekeliling Haruki yang meningkat dengan cepat, dia mulai membuat film dengan antusias yang berlebih.
Dia populer di kalangan siswi perempuan, jadi mungkin bahkan Natsuki juga....
Dia menatap Haruki, yang duduk di depannya.
Haruki terlihat berbeda dari sifat tenangnya yang biasa, sepeti singa, dan duduk diam dengan tangannya menyilang, memberikan kesan udara yang gugup dan tenang.
Sambil mencuri dengar percakapan Yuu dan Souta, dia tidak bergerak sama sekali seincipun.
Dia pasti sangat fokus... Aku penasaran apa yang sedang dia pikirkan.
Seakan tersadar jika dirinya sedang diperhatikan oleh Yuu, Haruki berbalik kearahnya.
Tidak, dia tidak melihat kearahku tapi....
Haruki melihat lurus ke arah papan putih dan terlihat bergumam sendiri.
Sesaat kemudian, dia melompat dari tempat duduknya, dan kursinya terjatuh dengan kerasnya.
“Aku mengerti! Apa yang kita butuhkan adalah sebuah gambar!”
Yuu dan Souta keduanya memiringkan kepala pada perkataan heboh Haruki.
“Tunggu, dimana kita akan menggunakan itu?”
“Gambar seperti apa yang kau maksud?”
Haruki punya kebiasaan menyerukan ide – idenya tanpa penjelasan lebih lanjut, sering meninggalkan yang lainnya dengan kebingungan. Bahkan bagi mereka berdua, yang sekarang sudah mulai terbiasa dengannya, sangat sulit untuk mencari tahu apa yang sedang dia pikirkan.
Daripada menjawab pertanyaan mereka, Haruki hanya mendecakkan lidah dengan kesal,
“Kenapa aku tidak memikirkan ini? Dengan semua sumber daya yang kita miliki, tidak mungkin ada jawaban lainnya.”
Dia terlihat kesal sendiri, dan menampar dahinya sambil mendesah.
Walaupun dia berbicara secara dramatis, Yuu dan Souta sudah tau bahwa dia bisa begitu alamiah jika ide – ide datang tanpa membutuhkan perhitungan apapun. Dengan cara ini, dia bisa memfokuskan waktunya dan berusaha untuk membuat film.
Laki – laki ini benar – benar sesuatu sekali....
Setelah terlalu kewalahan untuk bergerak di awal, Yuu kemudian mengambil memo pad  untuk menuliskan ide mereka sebelum mereka melupakannya.
“Kita akan memiliki seorang tokoh utama perempuan yang bisa melukis, kan? Jadi kita akan membutuhkan seseorang dari Klub Kesenian sekarang, dibandingkan dengan Klub Drama.”
“Yah, seseorang yang bisa jujur didalam kanvasnya.”
Ketika dia mendengarkan Haruki yang berbicara seolah – olah dia mengetahui karakter fiksi ini di kehidupan nyata, tangannya dengan pulpen berhenti bergerak. Kelihatannya sang tokoh utama sudah mulai muncul di kepalanya.
“Kemudian, kita akan memasukkan kanvas di gambar pertama. Kemungkinan untuk awalnya benar – benar putih, tetapi ketika dia menghabiskan banyak waktu dengan sang protagonis, kanvasnya jadi lebih terlihat.
“Ya, ya! Daripada menggunakan sekumpulan garis jelek, yang meninggalkan banyak kerugian jika kita memfokuskannya pada visual. Aku pikir penonton akan dapat menghubungkannya dengan mudah, juga.”
Bahkan Mochita benar – benar terlihat lebih hidup ketika kami membicarakan tentang hal semacam ini....
Yuu terkesan ketika dia dengan cepat merangkum apa yang mereka berdua katakan.
Sebelumnya, dia menjadi tidak sabaran karena merasa seperti mereka memamerkan bakat mereka.
Tetapi setelah menyadari bahwa dia tidak memiliki keinginan ataupun bakat seperti mereka, perasaan suram itu perlahan – lahan memudar. Mereka tidak benar – benar menghilang, dia menguasai bagaimana caranya berlindung pada mereka.
Sama seperti ketika mereka bermain di tempat persembuyian rahasia mereka, mereka tidak bersaing mengenai hal – hal kecil sekalipun.
Cukup mengakui bahwa dia cemburu.
Jika tidak, dia mulai memikirkannya sebagai perasaan iri yang sesungguhnya, dan kemudian semuanya akan berakhir.
“—Ide – idenya kelihatannya bagus, jadi selanjutnya bagaimana kita akan mulai syuting.”
Ketika dia sadar, Haruki dan Souta sudah kehabisan amunisi untuk ide – ide mereka,
Kita akan menambahkannya di dalam bagian yang dihilangkan ketika kita meletakkan semuanya di atas kertas nanti.’
Ketika dia memikirkan tentang tugas mereka selanjutnya, kebanyakan dari mereka mengkhawatirkan bagaimana mereka akan mulai memproduksinya.
Diatara adik kelas, tidak ada laki – laki yang ahli dalam membuat alat peraga atau hal semacamnya. Tetapi dua lainnya bahkan mungkin tidak bisa disebutkan karena mereka tidak berpikir gayanya cocok dengan mereka,
Kami mungkin  menginginkan seseorang yang lebih terlihat... ‘Terlihat, akulah perempuan yang sedang jatuh cinta’!
Pada saat itu, wajah Natsuki tiba – tiba muncul di dalam pikirannya.
Walaupun hanyalah latihan, Natsuki yang melakukan pernyataan cinta kemarin ada, tanpa ragu – ragu, “Seorang perempuan yang sedang jatuh cinta.”
Dia hampir terlihat seperti orang yang benar - benar berbeda.
"..... Kita bisa bertanya pada Natsuki, atau orang lain yang ada di Klub Kesenian, kan?"
Dua orang lainnya melihat keheranan pada ucapan Yuu.
Dan kemudian, mereka berteriak di waktu yang bersamaan, "Itu dia!"
"Seperti yang aku duga darimu, Yuu. Ide dari seseorang yang memiliki hubungan benar - benar sesuatu sekali."
"Kau juga punya hubungan dengannya, kan? Cuma Natsuki ini."
"Uh, bukan itu yang aku maksud... Ngomong-ngomong, apa kau dengar apa yang aku katakan? Maksudku adalah bukan orang luar yang seperti itu dan banyak orang sudah memiliki hal – hal seperti itu untuk memulainya.
Dia mengerti apa yang Haruki ingin katakan, tapi sedikit memalukan untuk menerima kata – kata itu.
Dia ragu – ragu harus bersikap seperti apa, Souta berbicara dengan tawa giranngnya,
“Jadi, ini seperti dia akan selalu punya seseorang untuk bergantung?”
“Bukankah itu terlihat seperti dia selalu menyerahkannya pada orang lain?”
“Tapi bergantung pada seseorang juga berarti bahwa orang lain bisa bergantung padamu, juga. Lagipula, orang – orang yang mencoba melakukan segalanya seorang diri sulit  didekati, kan?” 
Kali ini, Yuu tidak menyangkalnya, kata – kata itu terus saja terngiang di kepalanya.
“Haruki dan Souta, keduanya mengangguk setuju, “Ya, itu adalah kelebihan Yuu.”
To-tolong beri aku waktu...
Kita sudah berganti topik, atau dia akan kesal karena pembahasan barusan.
Tanpa terencana, Yuu cepat – cepat membuka mulutnya, dan di saat itu, ada sebuah ketukan di pintu.
Tepat waktu....!’
Dia mulai menjawabnya, tapi terhenti sejenak ketika dia menebak siapa orang yang mengetuk.
Souta melihat jam, dan kelihatannya bisa menebak siapa pengunjung itu.
“Kelihatannya seseorang datang untuk menjemputmu,”
Ketika Souta tersenyum mengerti padanya, wajah Haruki berubah tidak menyenangkan.
‘Mochita juga cukup tegang, hari ini...’
Menganggap perilaku Yuu yang mengangkat bahunya sebagai sinyal, Haruki menyentil Souta di dahi.
“Aduh!”
“Aku akan menanyakannya saat perjalanan pulang nanti.”
Setelah benar – benar mengabaikan Souta, Haruki menyampirkan tasnya pada bahu dan berjalan ke arah pintu.
Ker-chak, thunk
Pintu yang tidak benar – benar pas itu terbuka dengan gaduh.
Ketika mereka melihat kesana, Aida Miou menunggu di depan pintu layaknya Hachiko, si anjing setia.
“.... Hati – hati,”
Yuu menyahut setelah Haruki berpamitan, yang entah kenapa tampak senang, dan dia melambaikan tangannya dari balik bahunya.
Ketika pintu menutup lagi dengan suara gaduh yang masih berlanjut, tubuh Souta merosot di atas meja, lelah.
“Aku yakin dia tidak akan pernah membiarkan Aida membuka pintu itu sendiri,”
Souta bergumam takjub, dan menyadari hal yang sama, Yuu mengangguk.
“Ini tidak seperti perempuan tidak akan bisa membukanya, tapi pintunya cukup berat.”
“Haruki benar – benar lelaki sejati ketika dihadapkan pada hal yang seperti itu.”
“...... Apakah mereka berdua berpacaran?”
“Aku tidak tau...”
Masih nyaman di atas meja, Souta bergumam dengan jawaban remeh.
Aneh, biasanya Mochitalah yang pertama mengerti dengan hal yang seperti ini.’
Sebelum dia bisa bertanya ada apa, Souta berbicara,
“Yuu~ apakah kau pernah mendengar mengenai ‘sebuah cinta yang bertahan sangat lama?’”
“Uh, cinta?”
Yuu mendadak hanya bisa berkedip kebingungan pada pertanyaan tak terduga seperti itu.
Seolah tidak menduga jawaban seperti itu, Souta membenarkan jawabannya,
“Maksud mereka ‘cinta tak berbalas’....”
Cinta yang tak berbalas.
Ketika dia mengulang kata - kata itu dalam diam, hatinya sakit seolah - olah ada sesuatu yang menggenggamnya.
Dan dengan perasaan sakit itu, dia jadi menyadari perasaannya pada Natsuki.
….. Jika ini tak berbalas, masuk akal jika berlangsung lama sekali.
Bahkan jika dia melakukan pengakuan cinta, itu tidak menjamin bahwa mereka akan bersama - sama.
Dan bahkan jika perasaan mereka saling berbalas, siapa yang tahu jika itu bisa berlangsung selamanya.
Aku pikir aku membaca beberapa buku dimana pasangannya selalu berakhir paling lama tiga bulan, dan untuk pasangan yang telah menikah, tiga bulan.'
Dikatakan bahwa senyawa kimia di dalam otakmu mempengaruhi lamanya keromantisan itu. Tentu saja, kelihatannya berbeda dari kasus ke kasus lainnya, tapi dia menemukan keanehan yang meyakinkannya dalam berbagai cara.
Dalam kasus cinta yang tak berbalas, itu adalah sesuatu yang harus kau persiapkan untuk dirimu sendiri.
Kau bisa tetap menyukai orang tersebut, atau kau bisa mengakhirinya seiring dengan berjalannya waktu.
'Sedikit menyedihkan, ini satu - satunya cara untuk mengatasinya....'
Souta mungkin merasakan perasaan yang sama.
Yuu tidak bertanya padanya kapan perasaan itu dimulai, tapi dia juga memiliki perasaan tak berbalas itu untuk seseorang.
Cinta tak berbalas Souta adalah Hayasaka Akari, yang juga merupakan teman dekat dari Natsuki dan Miou.
Jadi meskipun mereka punya begitu banyak kesempatan untuk saling berbicara, untuk beberapa alasan, Souta akan selalu tenang di depannya.
Ketika ditanya, dia akan berkata seperti, "Akarin... Dia terlalu imut... Gugup sekali... Aku tidak bisa melakukannya...."
Haruki dan Yuu hanya bisa tertawa kalau melihat Souta yang kelihatan sekali menyukainya, tapi karena Hayasaka tidak menyadarinya, dia kelihatannya tidak terlalu memperhatikannya juga.
'Aku pikir orang seperti Hayasaka terkadang bisa bersikap aneh juga...'
Beberapa penghargaan membanggakannya tercatat sebagai ketua klub kesenian mungkin mempengaruhinya, tapi kesan orang awam untuknya seperti,
“Aku benar – benar tidak memahaminya, dia menakjubkan.” Mungkin itu dikarenakan bakatnya yang luar biasa, atau bagaimana dia sering melakukan hal – hal yang menantang, tetapi sesuatu tentangnya banyak kemiripan dengan Haruki, juga.
Dikalangan siswa laki – laki, dia dibilang “Perempuan yang sangat imut saat diam,” tapi dia mendengar ada beberapa siswa lelaki yang diam – diam memperhatikannya.
Dari apa yang dia dengar dari Natsuki, walaupun, sikapnya lebih seperti, “Persahabatan dibandingkan cinta!Seni!”
“...... Apa sesuatu terjadi antara kau dan Hayasaka?”
Dia bermaksud menanyakan apa yang terjadi, tapi kata – kata itu kelihatannya membuat Souta tenggelam lebih rendah.
Ada suara yang pelan ketika pipinya jatuh kebawah menyentuh meja, lalu suaranya yang terdengar hampa itu berbicara, 
“Ya... akan bagus jika terjadi sesuatu.....”
“Ya.  Oke, aku paham maksudmu, jadi jangan bilang lagi...”
Menepuk punggung Souta, dia berdiri dari tempat duduknya dan bersiap untuk pulang.
Ketika dia menghadap pintu yang terbuka, terdengar suara yang tampak bersemangat.
“Ya ampun, apa Ayase akan baik – baik saja....?”
“Huh? Ada apa dengan Yukki?”
Souta menarik dirinya dan bergabung bersama Yuu yang menatap ke luar jendela.
Yuu membuat jarak untuknya, dan menunjuk ke luar, “Disana.”
Butuh waktu untuk memfokuskan pandangan, tetapi begitu Souta melihatnya, ia langsung terkejut.
“Sial, dia dikelilingi oleh siswi perempuan... mereka bukan dari klub atau apapun itu, kan?”
“Hm? Bukankah dia di Klub Pulang Sekolah?”
“Tidak, dia akhirnya bergabung di Klub Berkebun beberapa waktu lalu.”
“Aku pikir akan mudah baginya bahkan jika dia bisa mendapatkan nilai tinggi di Try Out  Ujian Nasional.”
Setelah mengatakan seperti itu, dia sadar bahwa perkataan yang diucapkannya tidak sopan.
Nada bicaranya terdengar tidak suka, dan pilihan kata – katanya juga terdengar tidak bagus.
Dia mencuri pandang pada Souta untuk melihat jika dia sadar akan perkataannya, dan untungnya, mata mereka tidak bertemu.
“Tidak biasanya, kau mengatakan sesuatu yang seperti itu. Apa kau khawatir karena dia dan Natsuki begitu akrab?”
“Bukan begitu!”
Reflek mengelak, Yuu dengan kuat menahan kepalanya dengan tangannya.
Souta tidak tahan untuk tertawa pada temannya yang bertingkah sangat jelas itu.
Dia tidak berbicara dengan Ayase Koyuki sebanyak itu, tapi dia tahu bahwa dia dan Natsuki berbagi selera manga yang sama.
Karena adiknya, Hina, dan pengaruh Natsuki, Yuu juga membaca banyak manga, tapi ketika dihadapkan pada majalah yang menonjolkan, cetakan dengan percakapan yang mendalam, dia benar – benar angkat tangan. Koyuki terlihat sering ditinggalkan, dan kapanpun Natsuki berbicara dengannya, sebisa mungkin dia selalu memberikan banyak ruang.
Ini tidak seperti dia laki – laki jahat atau apapun itu, tapi ada sesuatu yang menggangguku...
Berdiri disamping Yuu, yang mengawasinya dengan cermat, Souta memicingkan matanya karena cahaya matahari yang menyilaukan diluar.
“Apapun alasannya, hebat dia bisa benar – benar mengubah dirinya seperti itu,”
Ketika dia mengatakannya, Souta menggunakan pinggiran jendela untuk menyandarkan dagunya pada tangannya.
Walaupun pandangan matanya fokus pada Koyuki, dia mungkin sedang memikirkan hal yang lainnya.
“Secara pribadi aku berpikir bahwa kau akan baik – baik saja dengan kamu yang sekarang, Mochita,”
Yuu berkata, dan seolah melarikan diri, kembali ke meja untuk mengambil tasnya.
Souta terlihat kaget, dan dengan cepat meneriakinya,
“Tunggu Yuu, katakan itu sekali lagi!”
“Katakan apa? Yakin kau tidak salah dengar? Hei, hati – hati dengan jendela dan tirainya, bukan?
“Yuu, kau tidak perlu malu!”
“.... Apa kau lupa kalau aku ini ketua klub, dan karena itulah aku memiliki kunci ruangan ini?”
“Waah, baiklah, aku datang! Jadi kumohon jangan kunci aku di dalam siniiii!”
Yuu tertawa dalam hati, sadar bahwa dia bertindak sangat bodoh.
Tapi benar juga, yang seperti ini juga tidak buruk.
Ini jauh lebih susah dari yang dia bayangkan untuk tetap menghadapi betapa tidak berdayanya dia jika sudah berhubungan dengan bakat ataupun cinta.
‘Tapi ini bukan berarti aku menyerah, jadi ini juga tidak ada gunanya...'


Sumber :
Terjemahan Bahasa Inggris Perkenalan dan Bab 1 Renna's Translation
Gambar Sailorenna
Continue reading Confession Rehearsal Novel [Bahasa Indonesia 'Perkenalan dan Bab 1]